trustnews.id

Transformasi Epik KRAS Raksasa Baja Bergeliat
Dok, Istimewa

Di kaki Gunung Krakatau, tempat bumi bergemuruh dan lautan berbisik, sebuah simfoni besi bergaung tanpa henti. Di sanalah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. berdiri—raksasa baja yang ditempa waktu, luka, dan keberanian. Seperti pedang dalam tungku, perusahaan ini telah dipanaskan oleh krisis, dipalu oleh utang, dan direndam dalam dinginnya ketidakpastian pasar dunia. Namun baja sejati tak pernah patah—ia hanya menanti saat untuk bersinar kembali.

Dalam sunyi penuh tekad, Krakatau Steel (KRAS) menenun masa depan baru. Laksana alkemis yang meracik formula keabadian, perusahaan ini menumpukan transformasinya pada tiga pilar: fondasi keuangan yang kokoh, lini produksi yang membara, dan denyut digital yang menghidupkan era baru.

Namun, di balik optimisme angka, muncul pertanyaan: mampukah sang raksasa tak hanya bertahan, tapi juga menari mengikuti irama zaman yang terus berubah?

Direktur Utama PT Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan, menegaskan bahwa perjalanan KRAS bukan semata tentang bertahan hidup, melainkan merebut kembali posisi strategis dalam industri baja nasional.

“KRAS tidak sedang membangun pertahanan. Kami sedang memperkuat fondasi untuk lompatan pertumbuhan jangka panjang. Restrukturisasi bukan sekadar pengurangan utang, tapi perancangan ulang model bisnis agar lebih adaptif terhadap dinamika pasar global,” ungkapnya kepada TrustNews.

Sejak restrukturisasi besar-besaran pada 2019, KRAS telah melunasi lebih dari USD 509 juta dari total pokok utang yang kala itu mencapai USD 1,9 miliar. Saat ini, perusahaan tengah melanjutkan negosiasi untuk merestrukturisasi sisa utang sebesar USD 1,4 miliar. “Langkah ini sangat penting agar KRAS tetap kokoh menghadapi tekanan industri baja global,” imbuhnya.

Disiplin menjadi napas baru KRAS. Biaya ditekan, anggaran dijaga, efisiensi ditingkatkan. Hasilnya: empat tahun berturut-turut laba operasional terus bersinar, seperti bara yang tak pernah padam.

Di sisi produksi, tungku-tungku lama kembali menyala. Hot Strip Mill #1 yang sempat terdiam kini kembali menggeliat, menambah kapasitas 2,4 juta ton baja per tahun. Bersama anak-anak usahanya, KRAS mampu memproduksi 8 juta ton baja jadi—meski produk impor murah masih mengintai seperti serigala dalam gelap.

Namun, visi KRAS tidak berhenti pada deru mesin. Di era ketika dunia dihubungkan oleh jaringan tak kasat mata, perusahaan ini merajut tulang punggung digital. Digital Control Tower menjadi menara pengintai yang memantau setiap langkah produksi, pemasaran, dan logistik secara real time. Sementara itu, aplikasi Krasmart Connect hadir sebagai jembatan interaktif antara perusahaan dan pelanggan, menjadikan setiap pesanan sebuah pengalaman yang transparan dan mudah dilacak.

“Transformasi digital bukan sekadar aksesoris, melainkan urat nadi baru dalam menjaga ketahanan bisnis di era yang penuh ketidakpastian. Kami ingin memastikan bahwa setiap proses, dari produksi hingga distribusi, berlangsung cepat, transparan, dan terukur,” jelas Akbar.

Upaya ini pun menuai pengakuan. KRAS meraih penghargaan The Most Innovative Manufacturing Company dalam layanan digital, serta The Most Promising Company in Marketing 5.0 pada ajang BUMN Entrepreneurial Marketing Awards 2024.

Selain menguatkan pondasi internal, KRAS juga membangun jejaring strategis global. Bersama Posco, Hoa Phat Steel, dan Nippon Steel, perusahaan ini mengamankan aliran bahan baku. Kontrak dengan 15 pelanggan besar—dari sektor otomotif hingga energi—menjadi jangkar pendapatan untuk 2025–2026. Sementara lewat PT Tata Metal Lestari, baja Indonesia melanglang ke Amerika Serikat, Kanada, Australia, hingga Puerto Rico.

Aset lama yang selama ini tertidur pun dibangunkan. Lahan dijual kepada PT Chandra Asri Alkali, kawasan industri baru dirancang. Beban diubah menjadi sumber kehidupan.

Lebih dari itu, KRAS melangkah melampaui baja. Di cakrawala, ambisi besar tersusun: membangun klaster industri baja di Cilegon dengan kapasitas 10 juta ton per tahun—sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

“Kami ingin pertumbuhan industri baja nasional sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negeri,” pungkas Akbar.