
Di tengah pesona Bandung—kota yang menyimpan cerita di setiap sudut jalan dan hembusan angin pegunungan—Muhammad Farhan bersama Wakil Wali Kota Erwin melangkah membawa visi “Bandung Utama”: merajut kesejahteraan, keterbukaan, keunggulan, dan nilai-nilai agama dalam ikatan kemanusiaan.
Dilantik pada 20 Februari 2025, Farhan langsung tancap gas dalam 100 hari pertamanya. Ia fokus pada pembersihan premanisme, juru parkir liar (jukir liar), dan pungutan liar (pungli) yang mencemari kota. Selain itu, penanganan sampah, kemacetan, serta percepatan layanan publik menjadi prioritas.
“Bandung bukan sekadar kota, melainkan rumah bersama yang harus dijaga dengan hati,” ucap Farhan dalam pidato perdananya.
Semangat kolaborasi dan gotong royong menjadi fondasi pemerintahannya, meski tantangan menuju Bandung yang adil dan harmonis masih panjang.
Hari Pertama yang Penuh Simbol
Usai dilantik di Jakarta oleh Presiden Prabowo Subianto, Farhan dan Erwin memilih kembali ke Bandung menggunakan kereta cepat Whoosh, simbol efisiensi dan perubahan. Di hari yang sama, ia memimpin serah terima jabatan dari Penjabat Wali Kota A. Koswara di Balai Kota Bandung, lalu langsung menggelar rapat kerja bersama seluruh kepala dinas dan camat.
Dalam Rapat Paripurna DPRD, Farhan menyatakan dengan tegas:
“Saya di sini bukan untuk berjanji, tetapi untuk bekerja bersama warga demi Bandung yang lebih baik.”
Modal Politik dan Gaya Komunikasi
Sebagai mantan anggota DPR RI (2019–2024), presenter, dan penyiar radio, Farhan membawa keahlian komunikasi dan kemampuan membangun koalisi. Kemenangannya dalam Pilkada 2024 dengan 523.000 suara (44,64%) dan dukungan dari NasDem, PKB, Gelora, dan Partai Buruh memberikan landasan politik yang kuat.
“Kolaborasi adalah jantung perubahan. Tanpa kebersamaan, Bandung Utama hanyalah mimpi,” ujarnya dalam forum publik.
Fokus Utama: Premanisme, Jukir Liar, dan Pungli
Farhan meluncurkan operasi gabungan bersama kepolisian dan Satpol PP untuk menindak preman di pasar dan terminal, dilengkapi dengan patroli serta pemasangan kamera pengawas.
Untuk menertibkan jukir liar, ia memperkenalkan sistem parkir digital dengan tarif transparan serta melibatkan komunitas dalam sistem pelaporan. Pungli ditangani melalui pembentukan tim khusus dan pengaduan daring.
“Ini langkah awal. Kita harus waspada agar pungli tidak kembali,” tegasnya.
Menjawab Masalah Lama: Sampah, Kemacetan, dan Layanan Publik
Masalah klasik Bandung juga menjadi perhatian utama. Farhan memperkuat fasilitas daur ulang dan memperindah jalan-jalan utama. Ia juga mendorong pembukaan kembali Bandara Husein Sastranegara untuk penerbangan komersial demi menggairahkan pariwisata dan ekonomi.
Proyek ducting dievaluasi untuk mengurangi kemacetan serta gangguan di ruas-ruas jalan utama. Digitalisasi administrasi kependudukan dan perizinan juga dipercepat guna mempermudah akses publik.
Keterbukaan, Inklusi, dan Komitmen Jangka Panjang
Farhan dikenal terbuka dan responsif melalui forum publik dan media sosial. Namun, kemacetan, pendidikan, dan kesehatan tetap menjadi tantangan serius yang memerlukan solusi berkelanjutan.
“Saya peduli pada dampak jangka panjang, bukan sekadar sorotan sesaat,” ungkapnya.
Ia juga melibatkan generasi muda dan komunitas kreatif dalam kampanye lingkungan dan promosi budaya Bandung, membangun rasa kepemilikan kolektif. Inisiatif ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Menuju Bandung yang Lebih Baik
Respons positif warga terlihat di media sosial. 100 hari pertama Farhan-Erwin mencerminkan optimisme: Bandung yang lebih bersih, aman, dan sejahtera mulai terwujud. Fokus pada reformasi sosial dan layanan publik telah membentuk nada perubahan yang positif.
“Bandung adalah rumah kita, dan saya berkomitmen menjadikannya lebih baik,” pungkas Farhan.