
TRUSTNEWS.ID - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bandung terus ‘berjuang’ keras untuk bisa meningkatkan pemahaman masyarakat setempat tentang peran dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS).
Menurut Ketua Baznas Kabupaten Bandung Yusuf Ali Tantowi, salah satu tantangan utama yang dihadapi lembaga yang dipimpinnya adalah kurangnya literasi masyarakat terkait lembaga zakat dan mekanisme penyalurannya. “Banyak masyarakat yang masih belum memahami peran Baznas, bahkan ada yang mengira Baznas itu Basarnas. Kurangnya literasi ini membuat sebagian orang bingung tentang zakat dan bagaimana seharusnya mekanismenya,” ujar Yusuf Ali Tantowi kepada Trustnews meyakinkan.
Ia menegaskan bahwa zakat bukan sekadar kewajiban individu, tetapi juga sebuah sistem yang telah diorganisir sejak zaman Nabi Muhammad SAW untuk memastikan amanahnya terjaga. Jika zakat dikelola secara berjamaah melalui lembaga resmi, manfaatnya akan lebih besar dan lebih terorganisir.
“Kalau zakat diberikan langsung secara personal, ada risiko pahala yang hilang jika kita menyampaikan kata-kata dan atau sikap yang tidak menyenangkan dan menyakiti perasaan mustahik. Selain itu, jika dilakukan secara mandiri, nilai zakat yang diterima mustahik mungkin kecil dan tidak terlihat dampak sosialnya. Tapi jika dikumpulkan melalui lembaga zakat, nilai pahalanya lebih terjaga dan manfaatnya lebih terasa karena dikelola secara sistematis dan terorganisir,” tambahnya.
Untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang zakat sekaligus meningkatkan kesejahteraan umat, Baznas Kabupaten Bandung sedang membangun program kolaborasi Baznas Institute dengan Baznas RI dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam rangka memaksimalkan Gedung Baznas Center yang berlokasi strategis di Kabupaten Bandung.
“Kami bekerja sama dengan Baznas Pusat dan Pemerintah Kabupaten Bandung untuk menjadikan Gedung Baznas Center sebagai pusat pelatihan zakat dan pengembangan usaha. Nantinya, pemuda-pemuda di Kabupaten Bandung akan mendapatkan pelatihan keahlian, lalu diberikan modal usaha agar mereka bisa mandiri secara ekonomi,” jelasnya.
Program ini didanai oleh kombinasi dana dari Pemerintah Kabupaten Bandung dan hasil penghimpunan zakat dari masyarakat. Fokusnya adalah memberdayakan generasi muda agar mereka tidak hanya memahami zakat secara teori, tetapi juga mendapatkan manfaat nyata dari pengelolaannya.
“Kami berharap media turut mengkampanyekan pentingnya ZIS karena ini adalah inti dari ajaran Islam—kemanusiaan dan kesempurnaan akhlak. Puasa mengajarkan kita untuk merasakan bagaimana rasanya kekurangan, dan zakat fitrah di akhir Ramadan adalah wujud konkret kepedulian kita terhadap mereka yang membutuhkan. Bukan hanya sekadar kasihan terhadap mereka yang lemah dan kekurangan, akan tetapi betul-betul hadir menjadi bagian dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya,” tuturnya.
(TN)