trustnews.id

BPR BKK Boyolali Cetak Laba Rp2,99 M, Siap Ekspansi 2026
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BKK Boyolali menutup tahun buku 2025 dengan capaian keuangan di atas ekspektasi. Per Desember 2025, total aset diperkirakan menembus 303,23 miliar, melampaui target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sebesar 302 miliar. Kinerja ini terasa signifikan di tengah persaingan ketat memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) sepanjang 2024, ketika banyak BPR menahan ekspansi akibat tingginya cost of fund.

“Angka ini mencerminkan kepercayaan nasabah, terutama pelaku UMKM dan pekerja informal yang tetap setia,” ujar Kuwat Wiyono, Direktur Utama PT BPR BKK Boyolali kepada TrustNews.

Bagi Kuwat, DPK menjadi lokomotif pertumbuhan. Tabungan mencapai Rp151,28 miliar dan deposito Rp106,92 miliar. Di tengah perang suku bunga antarbank, BPR masih mampu menjaga loyalitas nasabah kecil lewat pendekatan khas mereka: jemput bola ke warung, bengkel, kios pulsa, hingga lapak pasar. “Pendekatan personal itu membuat relasi terbangun bukan hanya sebagai bank dan nasabah, tetapi sebagai sesama warga Boyolali,” ungkapnya.

Penyaluran kredit menunjukkan performa yang tak kalah kuat. Total kredit mencapai Rp240,58 miliar atau 103,47% dari target, dengan fokus pada pembiayaan mikro. “Kami fokus pada kredit mikro yang langsung menyentuh ekonomi riil,” jelasnya.

Strategi ini berdampak langsung pada profitabilitas. Laba sebelum pajak BPR BKK Boyolali sepanjang 2025 mencapai Rp2,99 miliar — atau 149,16% dari target. Rasio efisiensi (BOPO) terjaga di angka 91,86% setelah pendapatan operasional mencapai Rp45,15 miliar dan beban operasional berada pada Rp42,15 miliar.

Namun, pertumbuhan ini disertai satu catatan. Pada Desember 2025, rasio kredit bermasalah (NPL gross) naik menjadi 10,48% dari posisi September yang berada pada level 1,58%. Lonjakan ini terjadi karena tekanan musiman pada UMKM menjelang akhir tahun, saat arus kas melambat sementara kewajiban cicilan tetap berjalan. “Kami intensif melakukan restrukturisasi dan pemantauan ketat agar kualitas kredit tetap terkendali,” ujarnya.

Untuk meredam risiko, lanjutnya, manajemen memperkuat struktur permodalan. Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 22,52%, jauh di atas ambang batas minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 93,34% menunjukkan likuiditas terjaga dengan ruang penyangga yang cukup. “Kami menjaga prinsip kehati-hatian. Rasio permodalan kami kuat dan likuiditas terjaga sehingga setiap ekspansi kredit tetap berada dalam koridor risiko yang sehat,” urainya. “Pertumbuhan penting, tetapi keberlanjutan jauh lebih penting,” tambahnya.

Keberpihakan BPR kepada sektor produktif juga terlihat dari data per September 2025: outstanding kredit mencapai Rp248,93 miliar kepada 6.328 nasabah. Dari jumlah tersebut, Rp141,59 miliar disalurkan kepada 3.444 pelaku UMKM, atau 58,8% dari total kredit. “Proporsi mayoritas pada UMKM memperlihatkan bahwa fokus bank bukan pada pembiayaan konsumtif, melainkan pada penguatan ekonomi riil,” ujarnya.

Meski angka-angka keuangan mengilap, manajemen menegaskan keberhasilan BPR tak berhenti pada neraca. Sepanjang 2025, BPR BKK Boyolali memilih peran yang lebih besar: bukan sekadar menyalurkan kredit dengan syarat ringan, tetapi menjadi motor penggerak ekonomi lokal.

Bank ini juga menyalurkan dana lunak dari Pemkab Boyolali untuk pelaku UMKM dan pedagang kaki lima senilai Rp2 miliar. “Kami tidak hanya memberi kredit. Kami ingin usaha-usaha kecil itu naik kelas,” tegasnya.

Komitmen tersebut dilanjutkan dengan aktivitas edukasi dan sosialisasi literasi keuangan kepada berbagai komunitas dan paguyuban — mulai dari kelompok pertanian, perikanan, peternakan, hingga sanggar seni dan paguyuban pedagang kaki lima. Dalam kegiatan ini, menurut Kuwat, BPR membantu pelaku usaha memahami akses permodalan, manajemen usaha, dan strategi meningkatkan omzet. “Kami tidak ingin hanya memberi modal, tapi juga pengetahuan. Ketika pelaku usaha naik kelas, ekonomi daerah ikut terangkat,” jelasnya.

Menatap 2026, BPR BKK Boyolali menargetkan pertumbuhan aset 10–15%, dengan fokus pada peningkatan kualitas kredit dan perbaikan kolektibilitas. “Tahun baru, target baru. Tapi 2025 kami tutup dengan optimisme,” pungkasnya. (TN)