trustnews.id

Lotte Chemical Membangun Industri Petrokimia Indonesia

TRUSTINSPIRASI.COM, JAKARTA - PT. Lotte Chemical Indonesia (selanjutnya disebut “LCI”) menggelontorkan dana sebesar US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp53 triliun untuk membangun kompleks pabrik petrokimia dengan kapasitas produksi naphtha cracker memakai sebanyak 3 juta ton bahan baku nafta per tahun di Cilegon Banten.

Dalam produksinya nanti, bahan baku nafta diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, 520 ribu ton propylene, 400 ribu ton polypropylene dan produk turunan lainnya yang juga bernilai tambah tinggi. Setelah beroperasi secara komersial, hasil produksi pabrik tersebut rencananya akan digunakan untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.

Presiden Direktur LCI Mr Kim Yong Ho mengatakan pembangunan pabrik dimaksudkan untuk mempertahankan posisi Lotte Chemical sebagai salah satu pemain utama global dalam industri petrokimia.

“Lotte Chemical bermaksud mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama global dalam industri petrokimia dan kehadirannya di pasar Indonesia yang mana tetap menjadi salah satu yang paling menjanjikan di antara negara-negara berkembang, di wilayah ini dengan potensinya yang besar,” ungkap Kim Yong Ho dalam keterangan tertulis menjawab pertanyaan Trust News.

Seperti kita ketahui secara pasti lebih dari 50% kebutuhan bahan-bahan (material) dalam industri petrokimia untuk kebutuhan domestik dengan mengimpor. Hal ini menyebabkan banyak produk-produk industri di Indonesia tidak kompetitif. Disamping itu juga menjadi kontribusi terhadap defisit perdagangan dalam neraca perdagangann (trade) nasional. “Dengan membangun sebuah naptha cracker yang baru, LCI diharapkan akan berkontribusi dalam perekonomian nasional Indonesia dengan cara menurunkan (mereduksi) impor bahan-bahan, khususnya untuk petrokimia dan industri plastik dan untuk meningkatkan posisi neraca perdagangan Indonesia,” ujar Kim Yong Ho.

Lebih lanjut dijelaskannya, tingkat konsumsi plastik domestik bertumbuh pada tingkat rata-rata 4% hingga 5% pertahun. Saat ini konsumsi plastik perkapita di Indonesia dianggap cukup rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura atau negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Tingkat konsumsi plastik biasanya meningkat sejajar dengan pertumbuhan PDB suatu negara.

“Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini, LCI membayangkan bahwa kebutuhan plastik domestik akan terus meningkat secara konsisten di tahun-tahun mendatang. Dan LCI akan hadir di sini untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat,” ungkapnya.

Meski disadari saat ini kampanye anti plastik lagi marak digaungkan, menurutnya, LCI selalu menempatkan masalah plastik pada posisi menemukan solusi yg lebih inklusif dan produktif. Penggunaan bahan plastik tidak bisa dihindari dalam peradaban modern dengan begitu banyak keuntungan, tidak hanya di aspek ekonomi tapi juga dari banyak aspek lain seperti fungsi praktis dan teknologi.

“Pemerintah, asosiasi plastik dan pemain industri harus bekerjasama untuk mengatasi masalah 3R (reuse (penggunaan kembali), reduce (pengurangan), recycle (daur ulang)) dan terus mempromosikan pengelolahan limbah yang berwawasan lingkungan,” ujarnya.

Kim Yong Ho memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah Indonesia yang telah memfasilitasi investasi LCI di Indonesia.“Pemerintah Indonesia dalam upaya terbaiknya untuk meningkatkan iklim investasi dengan memperkenalkan proses yang lebih efisien dan lebih sederhana dalam hal mendirikan perusahaan baru dan mendapatkan berbagai izin usaha,” paparnya.

Diakui Kim Yong Ho, LCI didirikan pada Juni 2016 melalui proses perizinan 3 jam di kantor BKPM Indonesia. Pemerintah juga baru saja memperkenalkan fasilitas tax holiday awal tahun 2018 dengan lebih banyak kepastian dalam kriteria dan katagori bisnis untuk menarik calon investor secara global. Bahkan, Kementerian perindustrian (MOI) dan BKPM telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi LCI dalam menyelesaikan beberapa masalah dalam proses pengembangan proyek ini.

“MOI sangat mendukung keberhasilan proyek kami dengan memonitor dan melakukan koordinasi secara teratur dengan bertemu manajemen LCI bersama dengan berbagai pemangku kepentingan proyek petrokimia ini, termasuk unit pemerintah terkait lainnya,” tegasnya.

Terkait penerapan industry 4.0, Kim Yong Ho mengatakan Pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa industri kimia sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan menjadi pelopor dalam mengimplementasikan industri 4.0. Hal ini disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bahwa industri petrokimia seperti halnya industri baja dianggap sebagai “induk dari industri ”, itulah sebabnya pemerintah akan terus mendukung dan menjaga industri ini agar dapat berkontribusi pada perekonomian nasional. ,P.“Tentunya LCI berkomitmen untuk mendukung visi pemerintah tersebut untuk menjadi sukses dalam mengimplementasikan program industri 4.0,” ujarnya.

Namun untuk membangkitkan Industri petrokimia, menurut Kim Yong Ho ada beberapa hal yang harus dijadikan perhatian pemerintah, seperti adanya peraturan yang dapat merangsang hulu dan hilir masuk Ke industri petrokimia. Industri hulu di dalam negeri membutuhkan lebih banyak kilang baru untuk memenuhi kebutuhan bahan baku agar tetap kompetitif dengan bahan impor. Regulasi ke hilir juga harus konsisten agar tumbuh sehat. Misalnya, rencana untuk mengenakan cukai pada penggunaan plastik dapat mengganggu permintaan dan daya saing.

“Seperti yang kita pahami bahwa kilang minyak dan gas nasional saat ini di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nafta agar cracker dapat menghasilkan etilen. Tergantung pada ketersediaan nafta di masa depan di pasar domestik ketika pemerintah dapat mewujudkan lebih banyaknya kilang baru. Jika secara ekonomis lebih efisien, LCI akan mengambil dari dalam negeri juga,” papar Kim Yong Ho.

Menurut dia, salah satu indikator keberhasilan sektor industri petrokimia adalah berkurangnya secara signifikan impor bahan baku berbasis petrokimia di masa depan, yang pada gilirannya diharapkan dapat mengurangi deficit neraca perdagangan nasional.

Memang harus diakui bahwa banyak perbaikan yang telah dilakukan oleh pemerintah, menurutnya di area tertentu masih ada yang membutuhkan fokus pemerintah seperti ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas terutama bidang teknik atau engineering di Indonesia. Bidang lain yang perlu terus ditingkatkan adalah infrastruktur (jalan, transportasi, drainase) dan utilitas (air, listrik).

Satu hal yang menjadi perhatian LCI, menurutnya adalah tanggung jawab sosial setiap industri untuk memastikan lingkungan yang sehat dan keselamatan lingkungan di mana ia beroperasi.

“Lotte Chemical telah mengadopsi standar industri keamanan lingkungan yang tinggi untuk semua pabriknya di seluruh dunia,” tegas Kim Yong Ho.(TN)