Food Estate tak hanya dirancang membangun kemandirian pangan nasional. Sekaligus respon atas kekhawatiran akan krisis pangan global.
Food Estate adalah ikhtiar Indonesia dalam memper- siapkan diri akan ancaman krisis pangan dunia.'Trio mematikan'. World Food Programme (WFP) menunjuk konflik, iklim dan COVID-19 yang mendorong lebih banyak orang ke dalam krisis kelaparan dan kesengsaraan.
Selaras dengan WFP, Laporan gabungan sejumlah badan di bawah PBB (WFP, FAO dan WHO) dalam laporannya bertajuk "The State of Food Security and Nutrition in the World" merekomendasikan upaya segera untuk mengentaskan jutaan orang di seluruh dunia dari kelaparan yang meluas.
Laporan itu juga memperkirakan bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) poin 2 tentang nol kelaparan pada 2030 tidak akan tercapai. Sebaliknya, target itu akan meleset dengan selisih hampir 660 juta kelaparan, dengan sekitar 30 juta dari jumlah itu akan mengalami efek jangka panjang pandemi.
Revolusi hijau bernama Food Estate yang berada di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Sumatra Selatan (Sumsel) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak butuh waktu lama sejak dicanangkan Oktober 2020, Food Estate memasuki masa panen di Februari 2021.
Petani di kawasan lumbung pangan (Food Estate) berbasis hortikultura di Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, tak menutupi kebahagiannya. Panen terjadi di lahan garapan seluas 215 hektare (ha) dengan komoditas bawang merah dengan harga dibanderol di kisaran Rp10 ribu per kilogram rogol basah.
Sementara di bulan lalu, September, Kentang misalnya dari percobaan yang dilakukan PT Indofood selaku off-taker (investor) mampu menghasilkan 24 ton/hektare (Ha) dengan asumsi minimal 1 Ha ditanami 24.000 tanaman. Sedangkan untuk bawang putih diprediksikan mampu mengahasilkan 8 ton/Ha, angka ini di atas rata-rata nasional yang sebesar 6,3 ton/Ha.
Off-taker FE Humbahas PT Indofood melakukan uji coba dengan benih kentang lokal di Desa Lintong Nihuta dengan di FE lahan bukaan baru dengan luas 1Ha. Kedua lahan ini ditanami 24.000 batang benih kentang. Ternyata benih kentang di Lintong Nihuta menghasilkan 32,3 ton sedangkan di demplot FE masa tanam pertama hanya menghasilkan 20,9 ton.
Panen perdana juga dilakukan di Food Estate yang berada di Desa Gadabung, Kecamatan Pandih Batu, Pulang Pisau, Kalteng. Total tanaman padi yang sudah terpanen seluas 2.875 Hektar (Ha) dari total yang sudah tertanam seluas 18.879 Ha.
Hasil panen para petani tersebut sekitar 5,6 ton sampai 6,4 ton per hektar (Ha). Hasil panen petani ini ebih tinggi dari rata-rata panen sebelum program Food Estate yang hanya 3 ton - 4 ton per ha.
Food Estate di desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah, menjadi saksi perubahan peradaban pertanian yang terintegrasi. Menggunakan combine (mesin panen moderen) panen dilakukan secara simbolis pada lahan seluas 3.000 Ha.
Di saat yang bersamaan juga dilakukan penanaman jagung Hibrida Pioner 35 secara simbolis diatas lahan seluas 260 Ha di desa Dasaelu. Ditargetkan, tahun 2022, adanya peningkatan pengelolaan luasan lahan tanam untuk Program Tanam Jagung Panan Sapi (TJPS) dan Food Estate di wilayah Sumba.
Sementara itu, saat melakukan kick off Pengembangan Food Estate di Embung Bansari sekaligus inspeksi benih bawang merah dan bawang putih, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (15/10).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, Temanggung dipilih karena dinilai eksis menjadi sentra produksi komoditas utama hortikultura seperti cabai, kentang, bawang merah serta bawang putih.
"Petani Temanggung sudah terbiasa melakukan budi daya hortikultura dengan infrastruktur dasar kawasan yang memadai," ujarnya. Mentan YSL pun mencontohkan Food Estate hortikultura yang ada di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dimana sebagian petaninya baru pertama kali menanam komoditas hortikultura tertentu namun sudah menunjukkan hasil yang memuaskan.
“Saya yakin, Temanggung bisa lebih dari itu. Oleh karena itu, harus ada sinergi dan kolaborasi dalam mensukseskan program ini termasuk kreativitas,” imbuhnya. Pada 15 Oktober lalu diketahui Men- teri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan kunjungan kerja ke Temanggung. Di sana, Mentan SYL didampingi Bupati Temanggung, Muhammad Al Khadziq mengunjungi Persiapan kick off Pengem- bangan Food Estate di Embung Bansari sekaligus inspeksi benih bawang merah dan bawang putih.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) menarget sejumlah program kerja pada 2021. Program tersebut bermuara pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan petani guna akselerasi pemulihan ekonomi nasional (PEN) imbas pandemi coronavirus baru (Covid-19).
“Sebagian besar merupakan lanjutan dari program yang sudah dikerja kan sebelumnya. Namun, sesuai arahan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, program kerja Kementan 2021 akan diperkuat demi percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan pembangunan pertanian berkelanjutan,” jelas Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto.
Pengembangan 15 agroeduwisata berbasis hortikultura yang diperkuat dengan model pertanian korporasi menjadi salah satu kegiatan yang hendak dilakukan pada 2022. Kemudian, menggenjot budi daya ramah lingkungan melalui gerakan pengendalian massal (gerdal) karena tingginya permintaan produk tersebut di “Benua Biru”.
“Ditjen Hortikultura juga akan membentuk tim market intelligence untuk mengetahui persis apa yang dibutuhkan dunia. Sehingga, pengembangan lebih terencana dan terukur karena telah dilakukan peme-taan dan penyesuaian sebelumnya,” pungkasnya. (TN)