Pelabuhan Tanjung Priok saat ini terus berbenah guna menjadi pelabuhan dengan pelayanan prima berbasis pemanfaatan digitalisasi. Saat ini penerapan Inaportnet, Delivery Order (DO) Online, MOS (Marine Operating System) telah diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Ke depan, berbagai inovasi terus diupayakan agar Pelabuhan yang dibangun oleh Pemerintah Belanda di tahun 1877 tersebut semakin kemilau dan tertata lebih maksimal. Operasionalisasi pelabuhan ini pun diharapkan cenderung berjalan semakin cepat, efektif, efisien, transparan dan pelayanannya pun terukur baik. “Dan yang tidak kalah penting masyarakat bisa memantaunya langsung dengan mudah melalui teknologi informasi,” sergah Capt. Wisnu Handoko Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok kepada Trustnews.
Saat ini, Pelabuhan Utama Tanjung Priok tengah mengembangkan program inovasi bertajuk National Logistic Ecosystem. Program ini dikembangkan secara kolaborasi dengan menggandeng Direktorat Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Balai Besar Karantina Tanjung Priok.
“Program inovasi ini diatur melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.V Tahun 2020. Salah satu cabang dari inovasi yang tengah kita kebut pelaksanaannya adalah Single Truck Identification Data,” ungkap Wisnu Handoko.
Apabila program Single Truck ID ini sudah berjalan optimal, semua truk yang masuk Pelabuhan Utama Tanjung Priok yang jumlahnya tercatat 20 ribuan itu, akan teregisterasi dengan baik dan tepat. Siapa drivernya akan terdata dengan jelas. Dan para driver ini juga terlebih dahulu harus memenuhi syarat, satu di antaranya teregistrasi mengikuti pelatihan keselamatan pengupas truk pelabuhan. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir meningkatnya angka kecelakaan, baik di area internal maupun eksternal pelabuhan.
Demikian pula dengan faktor keamanan, yang juga jadi perhatian penuh pihak pengelola pelabuhan. Sebab, tidak jarang kontainer ini memenuhi muatan dengan tingkat risiko atau bahaya yang cukup tinggi, seperti barang-barang yang sifatnya mudah meledak, terbakar, radio aktif dan lain-lain yang memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi.
Untuk kegiatan ini, Pelabuhan Utama Tanjung Priok akan mengakses dan mentracking pergerakan setiap truk pengangkut melalui aplikasi program khusus. Di sisi lain juga akan hadir sistem program monitoring yang mampu memantau kegiatan kerja bongkar muat, yang jumlah tenaga kerjanya mampu mencapai 3200 orang. ”Bahkan tingkat kesehatan dan kesejahteraannya juga akan kita pantau secara langsung. Jadi image-nya apa yang teman-teman lakukan disini bukan pekerjaan biasa, tapi pekerjaan yang spesial, karena mereka juga ikut berperan dalam memperkuat pembangunan logistik nasional,” ungkapnya.
Persoalan yang tidak kalah kuat menjadi perhatian Wisnu Handoko terkait masalah pengelolaan limbah. Dalam pengelolaan ini, Pelabuhan Utama Tanjung Priok juga akan bersinergi dengan Kementerian Lingkungan Hidup.
Upaya ini dinilai sangat penting, kare- na sebanyak 11 hektar wilayah operasi pelabuhan memproduksi limbah. Kuantitas produksi limbah-limbah ini harus terus dipantau dan dicatat melalui sistem elektronik. Sistem elektronik yang mencatat laju produksi limbah ini bertajuk Sirajan.
“Kita sudah ada program digitalisasi yaitu Inaportnet. Nantinya program inilah yang akan terhubung dengan Aplikasi Sirajan ini sebagai bagian dari National Logistic Ecosistem. Program inilah yang akan menyimpan seluruh data perusahaan yang beroperasi di pelabuhan ini. Dengan adanya program ini semua kegiatan dapat terkontrol dengan baik,” katanya.
Dengan langkah ini, mudah-mudahan kami mampu mewujudkan Pelabuhan Tanjung Priok yang lebih bertumbuh, dan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai macam tantangan dewasa ini. Sehingga dengan keandalan dan kekuatan yang dimiliki pelabuhan ini mampu menjadi pelabuhan internasional yang kualitasnya sejajar dengan pelabuhan-pelabuhan besar di belahan negara lain. (TN)