TrustNews.Id - Pertumbuhan positif ekonomi Jateng didorong oleh konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2022 tumbuh 5,16% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy), pertumbuhan positif tersebut mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Jawa Tengah masih terus berlanjut.
Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, mengatakan, pertumbuhan didorong oleh konsumsi Rumah Tangga (RT), ekspor luar negeri dan investasi. Sementara dari sisi Lapangan Usaha (LU), sumber pertum-
buhan ekonomi tertinggi ditopang oleh industri pengolahan, pertanian serta transportasi dan pergudangan.
"Dari sisi pengeluaran, konsumsi RT tumbuh 4,30% (yoy) didorong oleh persebaran COVID-19 yang terkendali, peningkatan pencapaian vaksinasi dosis lengkap, dan percepatan vaksin booster," ujar Rahmat Dwi Saputra menjawab TrustNews.
"Ekspor luar negeri, lanjutnya, masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2022 dengan andil sebesar 2,80% atau tumbuh 28,23% (yoy). Walaupun masih tinggi, namun pertumbuhan ekspor melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 55,43% (yoy)," ujarnya
Peningkatan investasi di Jateng didukung sektor swasta dan pemerintah. Disektor swasta, investasi didorong pembangunan
sejumlah pabrik baru di beberapa kawasan industri yang mulai direalisasikan pada tahun 2021 dan berlanjut pada tahun 2022.
Pertumbuhan ekspor luar negeri didorong oleh ekspor non migas Jawa Tengah terutama pada komoditas alas kaki yang tumbuh 83,13% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya (80,43%; yoy). Sementara itu, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) serta kayu dan barang dari kayu masing-masing tumbuh 29,37% (yoy) dan 28,63% (yoy), melambat dari triwulan IV 2021 yang tumbuh sebesar 47,93% (yoy) dan 42,78% (yoy).
Likert scale (LS) penjualan ekspor pada triwulan I 2022 juga turun dari 1,00 menjadi 0,61. Hal tersebut seiring dengan normalisasi permintaan pasca Natal dan tahun baru (Nataru) dan disrupsi rantai pasok global.
"Ekspor kita yang utama adalah TPT, lalu ada beberapa yang lain yang tersebar di Solo dan Pekalongan. Setelah itu kayu,
furniture dan industri kayu baru makanan minuman. Jateng tetap sebagai lumbung pangannya nasional. Kita selalu surplus untuk produk-produk pangan seperti padi, cabe merah, tomat merah, bawang merah, telur dan ayam," paparnya.
Demikian pula sektor investasi, pada tahun 2021 nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jawa Tengah mencapai Rp 31,31 triliun atau tumbuh 2,30%. Sedangkan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Jateng mencapai Rp 21,24 triliun atau tumbuh 7,50%.
"Pangsa investasi mencapai 31,76 persen dari total PDRB Jateng, tertinggi kedua setelah konsumsi rumah tangga sebesar
60,14%,” katanya.
Investasi, lanjut Rahmat, merupakan kontributor positif perekonomian Jateng dengan tumbuh sebesar 6,86% year on year pada tahun 2021. Peningkatan investasi di Jateng didukung sektor swasta dan pemerintah. Di sektor swasta, investasi didorong pembangunan sejumlah pabrik baru di beberapa kawasan industri yang mulai direalisasikan pada tahun 2021 dan berlanjut pada tahun 2022.
“Peningkatan investasi di Jateng didukung sektor swasta dan pemerintah. Di sektor swasta, investasi didorong pembangunan sejumlah pabrik baru di beberapa kawasan industri yang mulai direalisasikan pada tahun 2021 dan berlanjut pada tahun 2022. Demikian pula dengan pembangunan berbagai proyek infrastruktur pemerintah, yang terus mengalami peningkatan,” ujarnya.
Terkait inflasi, dijelaskannya, Inflasi Jateng pada triwulan I 2022 sebesar 2,42% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Capaian tersebut juga sejalan dengan peningkatan realisasi di tingkat nasional yang tercatat sebesar 2,64 (yoy).
"Secara umum saat ini inflasi memang cenderung tinggi, kenaikan ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja tapi hampir di seluruh negara di dunia. Ini didorong oleh ketidakpastian global akibat berlanjutnya perang antara Rusia dan Ukraina," ujarnya.
"Kondisi tersebut menyebabkan jalur transportasi terganggu. Otomatis logistik juga terganggu. Logistik terganggu berarti barang ekspor impor dunia terganggu. Volume perdagangan dunia juga menurun. Jadi lebih kepada sisi suplai ya inflasinya, supply destruction," jelasnya.
Dalam kondisi global yang tidak menentu tersebut, menurutnya, pemerintah mengambil langkah subsidi untuk meredam kenaikan. Sedangkan dari sisi Bank Indonesia mengambil kebijakan giro wajib minimum (GWM).
"GWM kita tingkatkan bahkan sampai 9 persen dan pemberian insentif bagi bank yang melakukan penyediaan dana ke sektor-sektor yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
(tn/san)