TRUSTNEWS.ID - PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF/POLY) mengungkap Kuartal 4/2022 cukup menantang. Ini sebabkan adanya lonjakan impor dan berkurang drastisnya permintaan pasar ekspor. Menghadapi situasi tersebut, perusahaan publik yang bergerak dalam bidang tekstil ini pun mengambil tiga strategi.
Pertama, memperdalam penetrasi pasar untuk produk bernilai tambah baik melalui pembukaan pasar baru atau kami kenal dengan demand creation maupun memperluas cakupan marketing. Kedua, memperkuat basis konsumen dalam negeri terutama pelanggan yang sudah lama menjadi konsumen produk APF. Ketiga, memberlakukan strategi efisiensi melalui pendekatan cost saving dan cost cutting.
"Kita melihat kuartal keempat 2022 kondisinya cukup menantang," ujar Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications and PR dari PT Asia Pacific Fibers Tbk menjawab Trustnews.
Sebagai informasi, APF merupakan produsen serat dasar (staple fibre) dan benang filamen (filament yarn) yang berbasis bahan baku polyester. APF merupakan produsen dengan kapasitas terbesar kedua dan memegang lebih kurang 21% pangsa pasar domestik. 65-70% produk APF merupakan suplai bahan baku utama industri Tekstil dan Produk Tekstil nasional sedangkan 30% lainnya diekspor ke lebih dari 30 negara.
Sebelumnya, pada kuartal III-2022, mencetak pendapatan bersih sebesar US$ 316,14 juta per kuartal III-2022 atau meningkat 19,14% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan realisasi pendapatan bersih per kuartal III-2021 sebesar US$ 265,35 juta.
Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas pendapatan POLY hingga kuartal III 2022 berasal dari penjualan lokal sebesar US$ 265,99 juta. Angka ini terdiri dari penjualan fibre sebesar US$ 123,88 juta, benang US$ 115,12 juta, chips US$ 26,16 juta, dan fleece US$ 831.478.
APF juga memiliki penjualan ekspor sebesar US$ 48,17 juta per kuartal III 2022. Ekspor POLY disumbangkan oleh produk benang sebesar US$ 38,17 juta, fibre US$ 8,29 juta, chips US$ 1,55 juta, dan fleece US$ 155.991. Perusahaan berhasil meraup laba kotor sebesar US$ 30,72 juta hingga kuartal III-2022. Angka ini tumbuh 42,68% (yoy) dibandingkan laba kotor POLY per kuartal III-2021 sebesar US$ 21,53 juta.
APF juga sanggup meraih laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 14,28 juta perkuartal III-2022. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya menderita rugi bersih US$ 3,52 juta.
"Tantangan terbesar kami adalah bagaimana bisa segera menemukan solusi atas permasalahan restrukturisasi. Sebelum beroperasi secara independent pada 2006 dan menjadi Asia Pacific Fibers, dahulu perusahaan merupakan bagian dari Texmaco group, sehingga terdapat sejumlah aset yang masih dalam proses penyelesaian dan pemisahan yang dikoordinasikan oleh Satgas BLBI.
Kami berharap agar proses di Satgas dapat selesai pada pertengahan tahun 2023," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, APF berfokus pada pengembangan produk bernilai tambah dengan fokus utama pada sustainability. Fokus ini telah di inisiasi sejak tahun 2018 yang pada intinya mengurangi limbah kimia dan meminimalkan penggunaan air untuk produksi.
"Selain konservasi air, kami juga telah berhasil memproduksi polyester dengan sifat material biodegradable dimana berbeda dari produk polyester pada umumnya yang membutuhkan puluhan tahun untuk terurai secara alami," ujarnya.
"Produk khusus kami dapat terurai dalam waktu kurang dari lima tahun secara alamiah. Selain pada fokus sustainability, kami juga menekankan fokus pengembangan produk bernilai tambah pada area functional, protection, comfort dan technical," paparnya. Dari sisi operasi bisnis, dirinya berharap agar pemerintah dapat memberikan solusi implementatif atas persoalan restrukturisasi APF.
"Kami berharap agar perekonomian baik nasional maupun global dapat segera pulih dari krisis, baik dampak pandemi maupun krisis yang muncul sebagai dampak peperangan Rusia dan Ukraina," pungkasnya.
(tn/san)