Di balik kabut dan hawa dingin Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang senantiasa membekap, terdapat aktivitas pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di Indonesia yang berkelas dunia. Sebuah harmoni tercipta. Meningkatnya indeks keanekaragaman hayati kawasan TNGHS sejalan dengan pemenuhan kebutuhan energi bersih untuk jutaan rumah di wilayah Jawa-Madura Bali. Tengok saja, bagaimana tim pengendali ekosistem hutan di TNGHS melihat dan merekam peristiwa yang super langka pada Ahad, 27 Februari 2022. Seekor macan tutul Jawa/macan kumbang (Panthera pardus melas) berbulu hitam tampak berjalan santai, berhenti, lalu berguling-guling seperti kucing. Setelah itu, berjalan lagi. Macan kumbang yang diperkirakan berusia 1 tahun itu kembali berjalan santai. Hal yang menggembirakan, temuan tak sengaja ini menandakan bertambahnya jumlah macan kumbang di area tersebut. Dari kamera jebak yang terpasang dan survei 2018 serta 2021, terdapat 11 macan kumbang 6 jantan dan 5 betina di area pengamatan.
Kemunculan anak macan kumbang di area pembangkit panas bumi dapat menjadi penanda pertambahan populasi. Menurut perkiraan, sebanyak 42 – 50 ekor macan kumbang hidup di wilayah TNGHS. Nungki Nursasongko, Head of Policy, Government, and Public Affairs Star Energy Geothermal, tak menampik informasi temuan anak macan kumbang yang sempat menghebohkan itu. Menurutnya, dari 10.000 hektar di WKP Gunung Salak yang tereksplorasi hanya sekitar 3 persen.
“Salah satu keunggulan operasi panas bumi Star Energy Geothermal adalah tidak perlunya pembukaan lahan yang besar. Kami percaya bahwa menjaga lingkungan yang bersih, aman dan sehat dapat berjalan seiring dengan upaya memenuhi kebutuhan energi. Dalam semua kegiatan, SEG juga berusaha menghindari atau mengurangi dampak terhadap lingkungan di tempat beroperasi.” ujar Nungki Nursasongko kepada TrustNews. Star Energy Geothermal saat ini mengoperasikan fasilitas panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas pembangkitan terpasang kotor sebesar 885 MW. Di Sukabumi, Star Energy Geo[1]thermal Salak yang merupakan salah satu lapangan panas bumi terbesar di dunia, memiliki kapasitas pembangkitan terpasang bruto 201 MW dan kapasitas penjualan uap 180 MW. Di Garut, Star Energy Geothermal Darajat memiliki kapasitas pembangkit terpasang kotor sebesar 219 MW dan kapasitas penjualan uap sebesar 55 MW. Adapun di Pangalengan, kapasitas pembangkitan terpasang bruto Star Energy Geothermal Wa[1]yang Windu sebesar 230 MW.
Untuk diketahui, Indonesia menjadi penghasil tenaga panas bumi terbesar di dunia pada tahun 2021 dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia mencapai lebih dari 3.550 Megawatt (MW). Saat ini telah teridentifikasi 331 titik potensial di 30 provinsi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Sulawesi dengan rincian cadangan 17.506 MW dan sumber daya 11.073 MW. Potensi ekonomi atas pemanfaatan panas bumi memiliki andil sebagai penunjang penerimaan negara.
"Lebih dari 20 tahun Star Energy Geothermal berkecimpung dalam mengelola energi panas bumi di Indonesia dan kami berkeinginan untuk mempertahankan operasi kami. Kami berkomitmen untuk memperbarui dunia seperti yang kami impikan dan memimpin transisi menuju energi bersih dan terbarukan." tutupnya.