trustnews.id

Dua Tahun Menjabat, Isu Land Subsidence Jadi Perhatian Walikota
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID - Walikota Pekalongan A Afzan Arslan Djunaid dan Wakil Walikota Salahudin sudah dua tahun ini menjabat. Satu tahun terakhir ini isu lingkungan menjadi salah satu perhatian Pemerintah Pekalongan seperti penurunan muka tanah yang diakibatkan pengambilan air bawah tanah besar-besaran.

Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirtayasa tengah gencar membangun jaringan untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kota Pekalongan. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah pengambilan air bawah tanah secara besar-besaran oleh industri maupun perusahaan. Mengingat pengambilan air bawah tanah adalah salah satu penyebab penurunan tanah di Kota Pekalongan yang terbilang tinggi yakni 6 cm per tahun.

Perumda Tirtayasa melakukan penyambungan sumber baru guna meminimalkan eksploitasi air bawah tanah. Upaya yang dilakukan Perumda Tirtayasa ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.

Menurut Walikota Aaf, sapaan akrabnya, penyebab land subsidence di Kota Pekalongan disinyalir karena pengambilan air tanah yang masif.

Selain itu, jenis tanah Kota Pekalongan yang berupa endapan dan berusia muda yang secara alami akan mengalami penurunan. Kondisi ini diperparah, karena Kota Pekalongan tidak mempunyai sumber air di permukaan. Sehingga, banyak warga yang menggunakan sumber air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air warga, industri, maupun lainnya.

"Saat ini yang kami lakukan adalah moratorium terhadap rekomendasi pengambilan air bawah tanah,"Jelas Aaf.

"Memang tidak bisa menghentikan yang sudah ada namun kami tengah mengupayakan supaya pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Petanglong bisa segera terwujud 100 persen. Sehingga nantinya ada suplai air dari Perumda Tirtayasa dapat disuplai dari SPAM Regional Petanglong tersebut," tambah Aaf.

“Memanfaatkan sumber-sumber air yang ada di Kota Pekalongan baik dari sungai, kemudian Kota Pekalongan juga ada longstorage di tanggul rob, termasuk nanti pembangunan kolam retensi untuk penanganan banjir dan rob itu jika sudah jadi yang dimungkinkan airnya bisa diolah menjadi air bersih,” papar Anita.

Lakukan Revitalisasi IPA Cepagan

Penurunan muka tanah di Kota Pekalongan menjadi persoalan serius hingga berbagai upaya dilakukan seperti mengurangi ketergantungan penggunaan air tanah dan menambah kapasitas air baku sebagai sumber air bersih pengganti melalui revitalisasi intake Instalasi Pengelolaan Air (IPA).

Pengambilan air tanah secara masif oleh rumah tangga maupun industri diyakini menjadi penyebab menurunnya permukaan tanah di Kota Pekalongan.

Untuk mengurangi ketergantungan penggunaan air tanah, Pemkot Pekalongan melalui Perumda Tirtayasa pada senin 18 oktober 2021 mulai mengoperasikan IPA Cepagan yang berada di Desa Cepagan, Kecamatan Warungasem atau yang berbatasan dengan Kabupaten Batang.

IPA yang mengolah air baku dari bendung hulu sungai Kupang yang bermuara di Kota Pekalongan tersebut memiliki kapasitas 300 liter per detik, meningkat dari semula eksisting di 60 liter per detik, di mana sekarang dari 3 mesin pompa yang terpasang memiliki kapasitas debit 100 liter per detik untuk satu pompa dan secara bertahap mampu dimaksimalkan 150-200 liter per detik untuk satu pompa.

Diungkapkan Aaf, revitalisasi IPA yang disertai peningkatan kapasitas diharapkan mampu menjadi upaya menurunkan angka penggunaan air tanah yang berujung pada pengurangan laju penurunan muka tanah. “IPA yang dirintis sejak 5 tahun sebelumnya telah menghabiskan anggaran sebesar Rp14 miliar rupiah,” kata Aaf.

Untuk perluasan jangkauan pasokan air bersih ke konsumen pemkot masih membutuhkan anggaran lagi sebesar 55 miliar rupiah. Termasuk nantinya mendapat dukungan Spam Regional Petanglong yang akan beroperasi tahun 2023.