trustnews.id

Penerbangan Perintis Wujud Pemerataan Pembangunan
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara fokus pada peningkatan layanan angkutan udara perintis pada 2023 untuk memperkuat konektivitas di daerah terluar, terdepan, tertinggal, dan perbatasan (3TP). 

Maria Kristi Endah Murni, Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara Kemenhub, mengatakan, banyak daerah 3TP yang aksesibilitasnya masih sulit karena tidak ada ketersediaan moda transportasi lain, waktu tempuh yang lama, jadwal operasional yang tidak berkesinambungan. 

"Penerbangan perintis berperan penting dalam membentuk konektivitas jaringan rute penerbangan yang menghubungkan antara rute utama dengan rute pengumpan dalam penyelenggaraan angkutan udara nasional, melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (3TP) atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara komersial belum menguntungkan," ujar Maria Kristi Endah Murni menjawab TrustNews. 

Pada lain sisi, lanjutnya, keberadaan penerbangan perintis dapat menekan disparitas harga dan inflasi kebutuhan pokok di berbagai wilayah 3TP di Tanah Air. Sebab, selama ini penerbangan perintis bukan hanya mengangkut penumpang saja, namun juga muatan kargo barangbarang kebutuhan pokok. 

“Karena itu angkutan udara perintis sangat dibutuhkan untuk mendukung pemerataan pembangunan dan penurunan disparitas harga terutama di daerah 3TP,” ujarnya. 

"Strategi optimalisasi penerbangan perintis dilakukan melalui perbaikan dan pengembangan sarana prasarana transportasi udara, peningkatan kompetensi SDM, pengembangan teknologi informasi serta dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah," ungkapnya. 

Sebagai informasi, salah satu program prioritas dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 2020-2024 adalah mengem-bangkan dan merehabilitasi 29 bandar udara yang berada di daerah terisolir, perbatasan negara dan rawan bencana. 

Bersamaan dengan itu, Ditjen Perhubungan Udara melakukan evaluasi pada sejumlah bandar udara internasional guna optimalisasi pengembangan bandara, efektivitas penerbangan domestik dengan pola hub and spoke di bandara internasional, peningkatan level of service termasuk pelayanan CIQ dan peningkatan pengawasan tindak kejahatan trans-nasional.

"Selain untuk meningkatkan konektivitas antar pulau dan daerah juga untuk menyatakan kehadiran negara dalam melayani masyarakat perbatasan khususnya di pulau terdepan dan terluar," tegasnya. 

Kristi menerangkan, industri transportasi udara (penerbangan) merupakan industri yang padat modal, teknologi mutakhir dan membutuhkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. 

"Optimalisasi yang dilakukan dalam penyelenggaraan transportasi udara secara umum berperan besar terhadap kemajuan industri nasional. Dalam lingkup yang lebih kecil, perekonomian daerah dapat tumbuh sebagai dampak dari penyelenggaraan transportasi udara yang efektif dan efisien," ujarnya. 

Optimalisasi pembangunan dan pengembangan infrastruktur pada transportasi udara, lanjutnya, sangat berorientasi untuk mendukung seluruh kegiatan dari pembangunan di daerah maupun dalam skala nasional.

"Mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan hasil dari efektif dan efisiennya ketersediaan infrastruktur, salah satunya transportasi udara," tuturnya. 

Terkait dengan program angkutan udara perintis penumpang dan angkutan udara perintis kargo, diterangkannya, penyelenggaraan angkutan udara perintis yang dilayani oleh 21 korwil dengan jumlah rute angkutan udara perintis 220 rute penumpang dan 41 rute kargo itu merupakan salah satu langkah pemerintah dalam meningkatkan konektivitas dan mengatasi persoalan logistik di daerah terpencil, tertinggal, terluar, dan perbatasan (3TP). 

Oleh karena itu, ia mengharapkan dengan adanya program tersebut, masyarakat dapat merasakan kehadiran negara dalam memenuhi kebutuhan pokok dan logistik yang berkelanjutan. 

Untuk penyelenggaraan angkutan udara perintis kargo subsidi (40 rute) dan angkutan udara kargo (1 rute) yang dikenal dengan Jembatan Udara tersebar di 6 Korwil yaitu Tarakan, Masamba, Dekai, Timika, Oksibil, dan Tanah Merah. 

“Mekanisme pengangkutan kargo tersebut dimulai dari Tol Laut menuju gudang penyimpanan, kemudian dikirim melalui darat (Damri) ke gudang kargo di bandara. Setelah itu didistribusikan menggunakan pesawat menuju bandara atau lapangan terbang di daerah 3TP,” pungkasnya.