TRUSTNEWS.ID,. - Provinsi Aceh mengalami surplus daya listrik, mencapai 101,5 Mega Watt (MW). Jumlah ini sudah melebihi dari jumlah permintaan listrik masyarakat. Hal itu ditegaskan oleh General Manager PT PLN (Persero) UID Aceh, Parulian Novriandi, S.T, M.Eng kepada Trustnews dalam keterangan tertulisnya. “Dengan kondisi ini tentu kita berharap agar industri bisa masuk ke Aceh sehingga bisa menyerap surplus energi listrik,” tambahnya.
Total daya dalam sistem terinterkoneksi dengan pengoperasian Nagan 3, lanjut Parulian mencapai 1014,1 MW, sementara beban puncak yang diminta oleh masyarakat adalah sebesar 631,24 MW. Dengan demikian, sistem terinterkoneksi saat ini memiliki surplus daya listrik sebesar 182,86 MW dengan tanpa mengoperasikan Nagan 3. Kondisi ini, merupakan langkah positif bagi konsumen karena menunjukkan bahwa pasokan listrik saat ini jauh melampaui permintaan.
“Total daya mampu 1014,1 MW, beban puncak 631,24 MW, Surplus 182,86 MW sedangkan sistem isolated total daya mampu 29,9 MW, beban puncak 23,79 MW dan surplus 6,1 MW,” jelasnya.
Ditegaskan Parulian, PT PLN (Persero) UID Aceh siap mendukung pasokan listrik bagi industri yang berada di Aceh dan siap menyambut investor yang akan masuk ke Aceh dalam sisi pasokan energi listrik. “Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa saat ini Aceh sudah surplus energi listrik. Dengan telah beroperasinya PLTU Nagan Raya 3, saat ini kondisi kelistrikan di Aceh memiliki daya mampu 1014,1 Mega Watt dengan beban puncak 631,24 Mega Watt. Surplus 382,86 Mega Watt,” terangnya lagi.
Apalagi dengan akan beroperasinya PLTU Nagan Raya 4 sebesar 200 MW yang akan beroperasi pada Desember 2023, dan PLTA Peusangan 1 dan 2 dengan total daya 90 MW yang akan beroperasi pada akhir tahun ini dan 2024, tentu dukungan bagi industri akan jauh lebh besar. Dengan surplus nya energi listrik di Aceh tentu menjadi tantangan semua untuk terus mengembangkan dan memasarkan surplus listrik.
Harapannya, ada dukungan dari pemerintah dan stakeholder untuk meyakinkan pelaku industri beriventasi di Aceh.”Semoga ke depan semakin banyak industri yang masuk ke Aceh sehingga bisa tumbuh dan penyerapan energi listrik semakin banyak dan PT PLN (Persero) UID Aceh semakin bisa memberikan kontribusi untuk meningkatkan perekenomian serta kesejahteraan masyarakat,” terangnya.
Disamping itu, PLN saat ini secara bertahap telah melakukan transisi energi dari sebelumnya memakai bahan bakar fosil sebagai sumber energi yang menghasilkan banyak karbon beralih menjadi penggunaan sumber energi dari alam yang tidak menghasilkan emisi karbon. Sesuai dengan arahan bapak Presiden Joko Widodo Indonesia akan mencapai Net Zero Emision (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat.
Dari Januari 2023 sampai saat ini PT. PLN (Persero) telah memasang pembangkit EBT (Energi Baru Terbarukan) mencapai 8.525 MW atau 12,3% dari total pembangkit eksiting yang saat ini ada. Aceh memiliki kapasitas pembangkit EBT 19,62 MW dan berpotensi penambahan kapasistas pembangkit EBT sampai 131,3 MW yang sedang dikerjakan.
PLN Wilayah Aceh telah melakukan beberapa kegiatan transisi energi dengan meresmikan stasiun pengisian kendaraan listrim (SPKLU) di beberapa unit wilayah kerja PLN Aceh serta pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Rooftop di kantor Gubernur Aceh dan Dinas ESDM Aceh.
Sejalan dengan misinya, yakni sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan pendorong kegiatan ekonomi, PLN hadir di sektor pertanian melalui Electrifying Agriculture. melalui program tersebut, PLN siap mendukung elektrifikasi di sektor agrikultur untuk meningkatkan perekonomian nasional ser ta kesejahteraan para petani.
Saat ini, PLN melayani lebih dari 1,7 juta pelanggan di Aceh dengan lebih dari 86.07 % pelanggan rumah tangga. Dengan Sistem kelistrikan Aceh yang semakin andal dan penambahan pembangkit ini, kita harapkan semakin banyak investasi di Aceh sehingga bisa menyerap surplus energi listrik.