TRUSTNEWS.ID,. - Pontianak, si "Kota Seribu Sungai," memang punya daya tarik yang unik dan sulit ditandingi. Bayangkan, kota yang dikelilingi sungai besar ini, tapi warganya masih sering menadah air hujan! Iya, itulah realitas yang seru di sini, terutama saat musim hujan tiba.
Walaupun ada sedikit ironi hidup di kota yang dikelilingi banyak sungai tapi masih menadah air hujan Pontianak selalu menemukan cara untuk membuat warganya tersenyum. Siapa sangka, di balik aktivitas 'menadah' ini, terdapat semangat gotong royong dan keceriaan yang mengalir, seperti sungai-sungai yang mengelilingi kota.
Dan jangan lupa, di tengah semua itu, Perumdam Tirta Khatulistiwa terus berusaha keras untuk menyediakan air bersih yang berkualitas bagi masyarakat. Mereka tak henti-hentinya berinovasi, dari memperbaiki jaringan pipa hingga mengedukasi warga tentang pentingnya pengelolaan air.
Dengan visi untuk menjadi perusahaan air minum yang unggul dan prima, Tirta Khatulistiwa telah melayani 87,78% penduduk di wilayah operasinya per Juni 2024. Angka ini mencerminkan dedikasi perusahaan untuk terus meningkatkan akses layanan air yang bersih dan aman.
“Kami tidak hanya fokus memperluas jangkauan layanan, tetapi juga memastikan kualitas air yang kami distribusikan memenuhi standar kesehatan yang tinggi. Kebutuhan pelanggan adalah prioritas kami,” ujar Ardiansyah, Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa.
Diakuinya, Perumda Tirta Khatulistiwa menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketersediaan air selama musim kemarau, terutama karena intrusi air laut. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan telah mengoptimalkan sumber air baku dari Waduk Panepat sebagai langkah antisipasi terhadap kekeringan dan penurunan kualitas air.
Terkait dengan cuaca atau iklim, seperti saat kemarau, volume air Sungai Kapuas berkurang dan kadar garam meningkat, bahkan terasa asin atau payau. Idealnya, ambang batas kadar garam untuk bisa memproduksi air adalah 250 miligram per liter.
"Kondisi saat ini sudah mencapai 400 miligram per liter. Kenaikan kadar garam ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang serius bagi masyarakat yang bergantung pada air sungai untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Pencemaran ini tidak hanya merusak ekosistem sungai, tetapi juga memengaruhi kualitas air yang digunakan oleh masyarakat. Sungai yang membentang sepanjang 1.143 kilometer ini kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kebersihannya dan kualitas airnya.Masalah kualitas air tidak berhenti di situ.
Ketika musim hujan tiba, air yang mengalir dari lahan gambut dapat mempengaruhi warna dan kualitas air sungai, menjadikannya tidak layak untuk konsumsi. Pencemaran dari lahan gambut ini menambah kompleksitas masalah air di Pontianak, di mana masyarakat terpaksa bergantung pada sumber air yang semakin terancam.
"Tirta Khatulistiwa berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan ini, tetapi dukungan dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air," pungkasnya. (TN)