trustnews.id

Perumda Pasar Jaya Mengubah Sampah Menjadi Energi
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS,ID,. - Siap-siap menahan nafas. Setiap harinya, Jakarta memproduksi lebih dari 7.700 ton sampah. Dari jumlah itu, sekitar 500 ton berasal dari pasar-pasar yang tersebar di ibu kota. Jumlah yang tidak bisa dianggap remeh, apalagi dipandang sebelah mata. Pasar ini, meski vital sebagai pusat perdagangan yang menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat ibu kota. Meski perannya vital, pasar-pasar ini juga menjadi bagian dari tantangan besar krisis sampah yang dihadapi Jakarta.

Melihat kondisi tersebut, Perumda Pasar Jaya, sebagai pengelola pasar tradisional, tidak tinggal diam. Di bawah kepemimpinan Agus Himawan Widiyanto, perusahaan ini menerapkan berbagai inovasi untuk menciptakan lingkungan pasar yang lebih bersih, nyaman, dan ramah lingkungan. “Kami ingin menjadikan pasar tradisional bukan hanya sebagai pusat ekonomi, tetapi juga bagian dari solusi lingkungan Jakarta,” ujar Agus Himawan kepada TrustNews.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Perumda Pasar Jaya adalah memulai pemisahan sampah sejak dari sumbernya. Pedagang dan pengunjung pasar diajak memilah sampah menjadi dua kategori utama: organik dan non-organik. Sampah organik seperti sisa sayuran, buah, dan bahan makanan lainnya diolah menjadi kompos.

Sementara itu, sampah non-organik, seperti plastik dan kertas, dikumpulkan untuk proses daur ulang. Upaya ini bertujuan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah. Di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur— pasar induk yang menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah organik— setiap harinya tercatat 100 ton sampah dihasilkan dari aktivitas perdagangan.

Untuk mengatasi tantangan ini, Pasar Jaya membangun Tempat Pengolahan Sampah Mandiri (TPSM) di kawasan tersebut. “TPSM ini kami jadikan pilot project. Dari sini, sampah organik akan diolah menjadi bahan bakar jumputan padat, yang nantinya bisa digunakan sebagai pengganti batu bara,” jelas Agus. Proses pengolahan sampah di TPSM Pasar Induk Kramat Jati melibatkan teknologi yang mengubah limbah organik menjadi bahan bakar alternatif. Bahan bakar jumputan padat ini memiliki nilai kalori tinggi yang cocok digunakan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hasil dari pengolahan ini nantinya akan dijual kepada PLN untuk mendukung operasional PLTU.

Selain menciptakan sumber energi terbarukan, langkah ini juga membuka peluang pendapatan baru bagi Perumda Pasar Jaya. “Dengan adanya TPSM ini, sampah yang biasanya berakhir di TPST Bantargebang bisa berkurang signifikan. Kami ingin menghadirkan solusi yang tidak hanya berorientasi pada lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomi,” ungkap Agus. Saat ini, Perumda Pasar Jaya mengelola 153 pasar di seluruh Jakarta.

Rencana ke depan, inovasi seperti TPSM akan diterapkan di pasar-pasar lain, menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik masing-masing lokasi. “Kami memahami bahwa setiap pasar memiliki tantangan yang berbeda. Namun, dengan pendekatan berbasis teknologi dan partisipasi aktif dari pedagang, kami optimistis bisa menciptakan pasar yang lebih ramah lingkungan,” tambahnya.

Program ini juga sejalan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang menjadi fondasi keberlanjutan lingkungan. Dengan mengedukasi pedagang dan pengunjung tentang pentingnya pemisahan dan pengolahan sampah, Pasar Jaya berharap dapat membangun budaya baru yang lebih peduli terhadap lingkungan. Langkah-langkah yang diambil oleh Perumda Pasar Jaya ini menunjukkan bahwa pengelolaan pasar tradisional tidak hanya tentang aktivitas ekonomi, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dengan inovasi seperti TPSM dan pemisahan sampah, Pasar Jaya memberikan kontribusi nyata bagi upaya pengelolaan limbah di Jakarta. “Ini bukan hanya tentang pasar, tetapi juga tentang masa depan Jakarta. Kami ingin menjadi bagian dari solusi besar untuk kota yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan,” pungkas Agus Himawan Widiyanto. Inovasi yang dilakukan Pasar Jaya adalah bukti nyata bahwa langkah kecil seperti memilah sampah bisa memberikan dampak besar, terutama jika didukung oleh teknologi dan kemauan untuk berubah. Jakarta yang lebih bersih bukanlah mimpi, melainkan visi yang bisa diwujudkan bersama.