
TRUSTNEWS.ID - “SDM bukan penonton, tapi garda depan transformasi.” Kalimat itu bukan sekadar semboyan bagi Herdy Harman, Direktur SDM dan Digital InJourney. Di tengah gelombang transformasi sektor pariwisata nasional, ia percaya bahwa kekuatan terbesar bukan pada infrastruktur, melainkan pada manusianya. Dengan portofolio yang membentang dari bandara, hotel, retail, dan destinasi wisata, Herdy menyadari bahwa tak ada satu pun agenda bisnis yang bisa berjalan tanpa SDM yang siap berubah, belajar, dan memimpin.
“Kalau SDM-nya enggak tahu ke mana arah bisnis, bagaimana bisa menyiapkan orang yang tepat. Mindset-nya harus berubah total,” tegasnya.
InJourney, sebagai holding BUMN pariwisata, mengelola enam portofolio strategis. Dari sektor kebandarudaraan, layanan aviasi, hotel, retail, destinasi wisata. Sebagian besar memang trafiknya disumbang sektor kebandarudaraan, namun Herdy melihat potensi tumbuh justru dari sisi ekosistem (pengelolaan hotel, destinasi budaya, hingga kawasan tematik). Semua ini memerlukan talenta yang bukan hanya mengerti tugas, tapi juga memahami arah strategis korporasi.
Untuk menjawab kebutuhan itu, Herdy menggulirkan agenda besar SDM: membentuk One HC System dan learning organization yang adaptif dan berorientasi masa depan.
Salah satu inisiatif utamanya adalah platform Rinjani, sistem manajemen talenta digital yang memungkinkan pemetaan menyeluruh terhadap kompetensi, pengalaman, sertifikasi, hingga aspirasi karier setiap karyawan.
Setiap orang diukur melalui employee qualification score yang menjadi dasar perencanaan pengembangan individu. Jika ingin mencapai satu posisi, sistem akan mengukur seberapa match skor yang dimiliki dengan kebutuhan posisi tersebut. Bila ada gap kompetensi, karyawan akan mendapatkan rekomendasi pelatihan dan pengembangan terkait kompetensi tersebut.
“Karier itu tanggung jawab pribadi. Perusahaan hanya memfasilitasi,” ungkap Herdy.
Langkah lain yang tengah dikembangkan adalah InJourney Future Leader Program (IFLP), sebuah program kaderisasi kepemimpinan lintas entitas. Karyawan dari berbagai jenjang—dari senior officer hingga group head—dilibatkan dalam proyek strategis dan diberi ruang untuk berkembang secara struktural dan fungsional.
“InJourney juga mengembangkan talenta melalui program InJourney Talent School. Program ini merupakan wadah bagi pengembangan karyawan dengan menggunakan basis 156 kompetensi yang terdiri dari Professional Competency, Leadership Competency, dan Functional Competency. Pengembangan karyawan ini berfokus pada core competency di masing-masing anak perusahaan yang disesuaikan dengan core business. Misalnya, di InJourney Hospitality kami fokuskan pada hospitality management, di InJourney Destination Management difokuskan pada heritage management, di InJourney Airports tentu berfokus pada Airports Management, di InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) berfokus pada Tourism Design and Management.”
Misalnya, staf Sarinah belajar visual merchandising. Sementara di ITDC belajar destination management. Di sisi hotel, terutama yang mengelola properti berbasis warisan budaya seperti hotel heritage di Yogyakarta, dibentuk kurikulum khusus tentang heritage management, sebuah keahlian yang bahkan di luar negeri memiliki jenjang magister.
“Bisa saja kita shortcut rekrut profesional, tapi kalau tidak kita bangun dari dalam, tak akan ada keberlanjutan,” ujarnya.
Semua ini ditopang oleh integrasi sistem pembelajaran antarlini bisnis. Aset pelatihan yang dimiliki unit seperti InJourney Destinations Management atau Sarinah dapat digunakan secara terbuka oleh entitas lain. Begitu pula modul, pelatih, dan platform digital. Herdy menyebutnya sebagai “One Human Capital System” atau satu sistem pengelolaan SDM untuk satu grup.
Anggaran pelatihan tahun ini dilipatgandakan. Fokusnya tidak lagi pada pelatihan administratif, tetapi pelatihan yang memastikan peningkatan kapabilitas karyawan melalui on the job training/pelatihan berbasis proyek. Dalam peluncuran 25 proyek strategis InJourney tahun ini, karyawan yang terlibat tidak hanya bekerja, tetapi juga belajar dan mendapat penilaian atas kontribusinya. Skor tersebut masuk ke dalam sistem Rinjani sebagai bagian dari pengembangan karier jangka panjang.
Namun, Herdy tidak menutup mata terhadap tantangan besar di sektor ini. Dunia pariwisata berubah cepat. Thailand, Vietnam, hingga Korea Selatan berlomba-lomba mendatangkan wisatawan asing. Sementara itu, Arab Saudi bahkan melakukan reformasi hukum dan kebijakan administrasinya demi membuka keran pariwisata baru melalui megaproyek seperti The Line.
“Pariwisata bukan cuma soal pemandangan. Ini soal daya saing bangsa. Dan kita mulai dari manusianya,” urainya.
Herdy menyebut kerja SDM di InJourney bukan soal memikirkan karyawan holding saja. Justru, fokus utamanya adalah mereka yang di garis depan—petugas bandara, staf hotel, pengelola taman budaya, penjaga retail. Merekalah wajah nyata Indonesia di mata dunia.
“Kalau pariwisata kita ingin menyumbang lebih dari 6% PDB, maka SDM harus menjadi prioritas utama,” pungkasnya. (TN)