Merauke - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Merauke mencatat sepanjang masa pandemi di semester I 2020, pihaknya telah memfasilitasi ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebanyak empat kali. Masing-masing dua kali sertifikasi ekspor CPO dengan total 6.300 ribu ton senilai Rp 51,6 miliar di bulan Juni, dilanjutkan pada bulan April disertifikasi sebanyak dua kali, dengan total volume 6.801 ribu ton atau senilai Rp 111 miliar. Dan di bulan Juni tercatat 5.951 ton dengan nilai 35,6 miliar.
Hal ini merupakan signal positif, walaupun dimasa pembatasan sehingga berkurangnya jadwal moda transportasi namun sektor pertanian di Kabupaten Merauke tetap berproduksi bahkan tetap bisa memasok pasar ekspor.
“Seluruh komoditas pertanian yang diekspor telah melalui serangkaian tindakan karantina pertanian agar dapat dipastikan sehat, aman dan sesuai dengan persyaratan teknis negara tujuan,” jelas Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman saat melakukan monitoring tindakan karantina pertanian terhadap 7.351 ton CPO yang akan diekspor ke India dengan menumpang Kapal Sinosea Cherry, Rabu (29/7).
Menurut Sudirman, komoditas ekspor dengan nilai ekonomi sebesar Rp 55,98 miliar ini milik PT BIA dan merupakan pengiriman perdana di bulan Juli atau paska diberlakukannya era adaptasi kebiasaan baru. "Semoga dengan dibukanya secara bertahap pembatasan akibat pandemi ini, transportasi menjadi lancar, kapal tersedia dan ekspor dapat kita pacu lagi,” tuturnya.
Perkuat Sinergistas
Kabupaten Merauke merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan produk unggulan ekspornya.
Dengan ketersediaan lahan yang luas, keragaman produk, dan peluang pangsa pasar yang strategis serta dukungan dari seluruh stakeholder, tidak menutup kemungkinan roda perekonomian Merauke akan terus bertumbuh dengan baik.
Sejalan dengan program strategis yang digiatkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang berperan selaku fasilitator pertanian diperdagangan internasional melakukan langkah operasional berupa peningkatan sinergisitas.
Tidak hanya dengan instansi terkait dan pemerintah daerah namun juga kerjasama dengan pelaku usaha dan petani. Bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari guna meningkatkan akseptabilitas produk pertanian ekspor, penyediaan klinik ekspor juga dengan memberikan percepatan dan digitalisasi layanan.
Secara terpisah, Kepala Barantan, Ali Jamil juga menyebutkan upaya memacu ekspor menjadi tugas bersama. Jamil menyebutkan, berdasarka data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pertanian selama semester I 2020 surplus sebesar Rp. 55,09 triliun. Dan komoditas perkebunan menyumbang paling banyak yakni sebear Rp. 138, 76 triliun, dengan andalan kelapa sawit, karet dan kakao. Sementara disusul dari tanaman pangan menyumbang Rp. 52,07 triliun, hortikultura Rp. 11,81 triliun dan peternakan Rp. 20 triliun.
‘Capaian ini harus kita jaga bersama, dari hulu hingga hilir karena ekspor bukan hanya soal jumlah namun ada kebanggan atau ‘pride’ disana. Ini pesan pak Mentan,” pungkas Jamil.