trustnews.id

Catur Brata Penyepian Umat Hindu Merawat Indonesia
I Ketut Widnya, Dirjen Bimas Hindu

Membangun masalah kebangsaan, politik, ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian dari ajaran Hindu, karena itu mengabdi pada negara merupakan satu keniscayaan bagi Hindu.

Bagai dua sisi mata uang, begitulah keberadaan Indonesia bagi umat Hindu dalam menegakkan ajaran Dharma, tak bisa dipisahkan. Sebab Dharma adalah hukum, kewajiban, dan kebenaran yang apabila dilanggar maka akan berakibat pada kehancuran umat manusia, dan sebaliknya Dharma yang dijaga akan membawa kemuliaan (dharma raksatah raksitah).
Terkait masalah itu,  Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama (Dirjen Bimas Hindu Kemenag), I Ketut Widnya, memberikan penjelasannya bahwa Dharma dalam agama Hindu terbagi menjadi dua yakni Dharma Negara dan Dharma Agama.
Apa itu Dharma Negara, kepatuhan pada konstitusi serta berupaya membudayakan nilai-nilai negara sebagai pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Dharma Agama merupakan pelaksanaan ajaran agama secara benar dan utuh tanpa kepentingan yang bersifat eksklusif.
“Dharma Agama dan Dharma Negara adalah satu kesatuan yang utuh tak bisa dipisahkan. Misal masalah kejujuran, semua umat Hindu dituntut jujur oleh agama. Tapi semua umat Hindu juga dituntut jujur oleh negara,  jadi baik agama atau negara sama-sama menuntut kejujuran,” ujar Ketut Widnya kepada Trust News di ruang kerjanya, Selasa (19/3).
Dengan berpedoman pada Dharma, lanjutnya, agama Hindu mendorong umatnya untuk ikut aktif dalam masalah kebangsaan. Karena itulah, Catur Brata Penyepian diangkat menjadi tema dalam Hari Raya Nyepi/Tahun Baru Saka 1939, umat Hindu diminta untuk mensukseskan Pemilu 2019. 
“Ini sakral sekali. Melalui ajaran agama yaitu Catur Brata Penyepian umat Hindu dengan sadar diperintahkan agama untuk mensukseskan pemilu. Maknanya sangat dalam dan tidak main-main, karena ini perintah agama mau tidak mau kita harus merawat bangsa ini,” ujarnya.
Merawat bangsa menjadi penting bagi umat Hindu, menurut Widnya, tidaklah terlahir begitu saja, melainkan melalui proses yang sangat panjang dalam peradaban Hindu termasuk politik budaya, keamanan dan lingkungan.
“Membangun masalah kebangsaan, politik, ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian dari ajaran Hindu, karena itu mengabdi pada negara merupakan satu keniscayaan bagi Hindu. Bahkan dalam agama Hindu, masalah kebangsaan sudah selesai karena ini dibahas dalam konteks agama,” ucapnya.
Konteks agama Hindu yang dimaksud Widnya, terkait dengan proses panjang keberadaan Sastra Weda yang berasal dari India telah beralkulturasi dengan budaya lokal begitu masuk ke Indonesia. Tercatat dalam sejarah, tahun 1960, para cendikiawan Hindu berkumpul di Campuhan, Ubud, Bali, untuk merumuskan masalah Dharma Agama dan Dharma Negara yang merupakan satu kesatuan.
“Hindu berproses panjang  dalam sejarah Indonesia dan berakulturasi dengan budaya, sebab itulah melahirkan agama Hindu Nusantara yang sesuai dengan citarasa Indonesia. Kita lihat sepanjang sejarah umat Hindu berdampingan dengan umat lain untuk saling kasih mengasihi dan berdasar sejarah Indonesia juga menunjukkan, umat Hindu tidak pernah bentrok karena agama.  Jadi inilah yang menjadi pijakan umat,” paparnya.
Sebagai bagian utuh dari Indonesia dalam keyakinan menjalankan ajaran Dharma, menurut Widnya, adalah upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) umat Hindu melalui pendidikan. Hal ini menjadi penting dengan kondisi kekinian Indonesia yang sudah mencanangkan Revolusi Industri 4.0. Untuk itu dibutuhkan SDM yang mumpuni dan mampu menjawab sesuai tuntutan zamannya.
“Dalam dunia pendidikan, kita punya perguruan tinggi hingga pasraman mulai dari TK hingga SMA. Sudah ada 60 Pasraman yang tersebar di seluruh Indonesia, baik formal maupun nonformal, Kedepan akan kita intensifkan,” ujarnya.
Sebagai informasi, pendidikan Pasraman diselenggarakan pada jalur formal setingkat TK disebut Pratama Widya Pasraman, yaitu tingkat Pratama Widya Pasraman A (TK A) dan Pratama Widya Pasraman B (TK B). Jenjang pendidikan dasar setingkat SD disebut Adi Widya Pasraman terdiri atas enam tingkat. Sedangkan  jenjang pendidikan dasar setingkat SMP disebut Madyama Widya Pasraman terdiri atas tiga tingkat. Dan, jenjang pendidikan menengah setingkat SMA disebut Utama Widya Pasraman terdiri atas tiga tingkat. 
“Kedepan yang menjadi tugas utama Kemenag khususnya Dirjen Bimas Hindu adalah pendidikan. Nanti akan bergeser, sekarang infrastruktur, tahun 2019-2024 itu bidang SDM. jadi kita turut memberikan andil dalam bangsa ini untuk bisa membangun Indonesia emas tahun 2024,” pungkasnya. (TN)