TRUSTNEWS.ID - Berbicara tentang Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di Sumatera Selatan, memasuki bulan Oktober 2022, kondisi SSK di Sumatera Selatan terpantau masih baik yang terindikasi dari penyaluran kredit perbankan yang masih tumbuh kuat serta DPK yang meningkat.
Kinerja DPK di Sumatera Selatan pada Oktober 2022 tumbuh positif sebesar 11,81% (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 10,38% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan giro sebesar 29,17% (yoy). Dari sisi penyaluran kredit, total penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank di Sumatera Selatan per Oktober 2022 sebesar Rp94,52 triliun.
Kinerja kredit pada Oktober 2022 tercatat tumbuh positif yaitu sebesar 5,78% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,73% (yoy). Berdasarkan komposisinya, kinerja kredit pada bulan Oktober didorong oleh kenaikan penyaluran kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing sebesar 12,99% (yoy) dan 6,42% (yoy).
Peningkatan pada kredit konsumsi seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang tercatat optimis pada Oktober 2022 sebesar 130,28. Kredit investasi terpantau masih terkontraksi sebesar -5,97% (yoy).
Secara sektoral, penyaluran kredit di Sumatera Selatan terutama ke sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa 19,24%, sektor pertanian (18,45%), serta sektor industri pengolahan (8,07%). Sektor lainnya adalah Konstruksi (pangsa 3,47%), sektor Penyediaan akomodasi makan-minum (1,65%), sektor Transportasi (1,39%), sektor Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya (1,11%), sektor Jasa Pendidikan (0,38%), serta sektor Perikanan (0,32%) Kinerja kredit didorong penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan meskipun tercatat masih terkontraksi.
Penyaluran kredit sektor industri pengolahan pada Oktober 2022 tercatat terkontraksi -8,60% (yoy), membaik dibanding bulan sebelumnya yang terkontraksi -10,14% (yoy). Selanjutnya, penyaluran kredit sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor pertanian tercatat tumbuh positif masing-masing sebesar 9,68% dan 10,62% (yoy) sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya masing-masing sebesar 10,07% dan 12,36% (yoy).
Terjaganya kondisi SSK juga tercermin dari terjaganya kualitas kredit di Sumatera Selatan pada Oktober 2022 dengan level di bawah 5%, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,12% terhadap total penyaluran kredit, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 3,18%.
Kredit ini menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi pelaku usaha atau penopang daya beli untuk konsumsi bagi masyarakat yang bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih kuat tersebut, ekonomi Sumatera Selatan juga terus tumbuh.
Angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan III 2022 yang baru saja diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan menunjukkan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Suma-tera Selatan pada triwulan III 2022 tercatat sebesar 5,34% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (yoy). Angka pertumbuhan di atas 5% ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan telah kembali ke track sebelum pandemi COVID-19.
Mesin pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan terutama berasal dari 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian. Pada triwulan III 2022, pangsa sektor pertambangan pada ekonomi Sumatera Selatan sebesar 23,88% sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 17,75% dan 14,11%. Sektor pertambangan terutama ditopang oleh komoditas batubara sedangkan industri pengolahan ditopang oleh pengolahan CPO serta pengolahan karet. Sementara itu, sektor pertanian ditopang oleh perkebunan kelapa sawit, karet, serta tanaman bahan makanan (padi).
Kinerja pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan yang membaik juga mampu mendorong turunnya tingkat kemiskinan. Menurut data BPS, tingkat kemiskinan Sumatera Selatan pada Maret 2022 sebesar 11,90%, lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan Maret 2021 sebesar 12,84%. Tingkat kemiskinan pada Maret 2022 adalah tingkat kemiskinan terendah di Sumatera Selatan sejak 10 tahun terakhir.
Dari berbagai sektor tersebut, kita juga tetap memperhatikan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi terutama yang memiliki dampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Peningkatan kapasitas UMKM menjadi salah satu pendekatan untuk memperkuat ekonomi di Sumatera Selatan dan sejalan dengan arahan Pemerintah.
Langkah Bank Indonesia Sumatera Selatan menitikberatkan pada beberapa hal. Pertama, UMKM perlu terus didorong untuk bisa naik kelas, baik melalui penguatan kelembagaan, perluasan kemitraan, peningkatan kapasitas dan peningkatan akses pembiayaan. Kedua, Bank Indonesia juga terus mendorong akselerasi transformasi digitalisasi UMKM antara lain dengan pemanfaatan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Sampai dengan saat ini, secara nasional sudah terdapat lebih dari 20 juta merchant yang menyediakan QRIS. Selain itu, Bank Indonesia juga melanjutkan pengembangan fitur dan layanan QRIS antar negara seiring dengan telah tercapainya target 15 juta pengguna baru QRIS pada Oktober 2022. Ketiga, memperkuat pengembangan UMKM melalui inovasi dan sinergi baik dalam rangka penguatan proses bisnis maupun perluasan akses pasar dan akses keuangan.
Lebih lanjut dalam rangka Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), Bank Indonesia Sumatera Selatan berperan sebagai Co-Host bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai Host dalam perhelatan Beli Kreatif Sumatera Selatan (BKSS) yang dilaksanakan pada September hingga November 2022.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Erwin Soeriadimadja menjelaskan bahwa momen ini dimanfaatkan untuk mengangkat UMKM Sumatera Selatan di tataran nasional sekaligus memperluas akses pasarnya. Kegiatan BKSS ini mencakup kurasi UMKM, on boarding, business matching, menghubungkan UMKM dengan e-commerce, pameran dan ekspo pempek di luar kota Palembang, dan juga akselerasi QRIS sebagai alat pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan handal (Cemumuah).
Erwin Soeriadimadja melihat hal ini penting untuk menanamkan bangga beli produk lokal dan merupakan sebuah event yang perlu dilanjutkan. Digitalisasi menjadi satu bagian penting dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi yang salah satunya diukur melalui QRIS.
Adapun jumlah merchant QRIS Sumatera Selatan mencapai 541.659, sedangkan jumlah pengguna baru QRIS pada Oktober 2022 mencapai 742.774. Capaian tersebut telah melampaui target di tahun 2022 sekaligus mencerminkan mulai tumbuhnya ekosistem digital dan ruang gerak ekonomi di Sumatera Selatan.
Ke depannya, upaya akselerasi pemulihan ekonomi perlu dipertahankan. Tantangan krisis pangan dan energi perlu dicermati dan direspon dengan kerjasama guna memanfaatkan ruang pertumbuhan ekonomi dan memastikan mesin pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tetap berjalan dan mampu tumbuh inklusif.
Erwin Soeriadimadja melihat hal tersebut dapat dicapai dengan 3 hal. Pertama, ruang pertumbuhan tersebut dapat terus didorong dengan meningkatkan realisasi investasi melalui perbaikan iklim investasi. Hal tersebut mencakup kemudahan perizinan memulai usaha, izin konstruksi, pembiayaan usaha, infrastruktur listrik, dan lain-lain. Kedua, perlu optimalisasi sektor pertanian dengan meningkatkan produktivitas antara lain melalui intensifikasi pertanian termasuk melalui digitalisasi pertanian. Selanjutnya, perlu peningkatan nilai tambah komoditas unggulan melalui hilirisasi.
Adanya hilirisasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang sedang diupa-yakan pemerintah perlu terus diprioritaskan. Hilirisasi komoditas lainnya juga perlu seperti hilirisasi karet menjadi produk ban atau aspal karet serta hilirisasi sawit menjadi minyak sawit jenis industrial vegetable oil (IVO). Strategi yang tidak kalah penting lainnya adalah optimalisasi pendapatan dan belanja daerah. Percepatan pengadaan pekerjaan dan administrasi penagihan pekerjaan perlu terus didorong untuk optimalisasi belanja pemerintah daerah.
Sementara itu, optimalisasi pendapatan daerah bisa diupayakan melalui utilisasi aset pemerintah sebagai sumber pendapatan. Kemudian, terakhir, perlu peningkatan inklusivitas ekonomi melalui digitalisasi yang mencakup digitalisasi sistem pembayaran baik retail (dunia usaha) melalui QRIS, digitalisasi sektor transportasi, dan digitalisasi transaksi pemerintah daerah.
(tn/san)