trustnews.id

Kementan: Orkestrasi Bangun Ketahanan Pangan
Dok, Trustnews/Istimewa

Kementan: Orkestrasi Bangun Ketahanan Pangan

NASIONAL Senin, 09 Januari 2023 - 08:38 WIB Hasan

TRUSTNEWS.ID - Menteri Per tanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) hakulyakin Indonesia negara yang paling siap menghadapi ancaman krisis pangan. Keyakinan SYL ditopang oleh pernyataan yang sama dari Food and Agriculture Organization atau FAO bahwa akses pangan dan ketersediaan pangan semakin terbatas yang tengah dihadapi negara-negara di dunia bisa diatasi oleh Indonesia.

Sinergitas antar lembaga dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi 267 juta rakyat Indonesia mutlak dilakukan. Ketahanan pangan dan pembangunan pertanian yang diamanatkan Presiden Jokowi harus melibatkan semua stakeholder, tingkat pusat sampai desa.

"Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan besar yang sangat luar biasa. Tahun ini kita mengalami masalah yang disebut akses pangan dan penyebab terjadinya kondisi ini adalah harga pangan yang kian mahal," kata Maximo Torero, Chief Economics Food and Agriculture Organization (FAO), dalam diskusi daring bertema "Komitmen G20 Membangun Arsitektur Kesehatan Global", November lalu.

Ia mengungkapkan kondisi Indonesia masih aman dari krisis pangan yang tengah membayangi sejumlah negara di dunia. Maximo menegaskan Indonesia mengalami kemajuan sangat luar biasa terkait produksi dan peningkatan kapasitas beras.

"Saya berharap jika Indonesia meneruskan kebijakan yang benar, maka Indonesia akan bisa bertahan dan menjadi tangguh menghadapi kondisi yang tengah terjadi saat ini," harapnya.

Kembali ke SYL, kesiapan Indonesia menghadapi krisis pangan terbukti dari kenaikan ekspor tahun lalu sebesar 38 persen. Sedangkan selama Orde Baru, ekspor mentok 15 persen.

"Jadi berhentilah itu yang main-main impor itu, petani nggak dapat apa-apa," kata Syahrul.

Syahrul mengimbuhkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menyatakan hal yang sama soal kesiapan Indonesia menghadapi ancaman krisis pangan. Alih-alih sinergitas atau kolaborasi, justru yang tampak ke permukaan, Kementerian Pertanian seakan berjibaku sendirian dengan beragam program dan strategi dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pembangunan pertanian. Termasuk ragam pengembangan inovasi dan teknologi pertanian untuk mendongkrak produktivitas hasil tani Indonesia. Sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani yang merupakan salah satu tujuan pemerintah dalam membangun pertanian.

Bagi Ali Jamil, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Dirjen PSP Kementan), upaya mewujudkan ketahanan pangan dan pembangunan pertanian, tidak saja dibayang-bayangi krisis pangan global. Tapi juga, dinamika Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pertanian dari tahun ke tahun terus menurun.]

"Menteri SYL punya pengalaman saat menjadi gubernur memanfaatkan dana perbankan. Jadi ketemu pandemi Covid-19 dan anggaran pertanian mengalami pemangkasan, kita tetap jalan terus. Kementerian Pertanian hanya fokus bagaimana rakyat 260 juta jiwa ini tercukupi kebutuhan pangannya," papar Ali Jamil kepada TrustNews.

"Presiden memberikan ruang untuk membangun pertanian ini tidak harus mengandalkan APBN/ APBD saja. Kita sinergi dengan perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) termasuk KUR Taxi Alsintan. Ini sangat signifikan," tambahnya.

Menurut Ali, Ditjen PSP Kementan sedang menggodok kemungkinan asuransi untuk komoditas selain padi dan sapi atau kerbau.

“Selama ini, yang ada adalah asuransi usaha tani padi (AUTP) atau sapi dan kerbau (AUTS/K). Kita akan upayakan ada juga asuransi untuk bawang merah, cabai merah dan komoditas yang berdampak pada inflasi. Kalau bisa juga kambing dan domba juga kita asuransikan,” katanya.

Hasilnya, sektor pertanian terbukti memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Ini dilihat dari nilai ekspor pertanian dalam kurun tiga tahun terakhir memiliki tren mengalami peningkatan. Tahun 2019, nilai ekspor pertanian mencapai Rp 390,16 triliun, tahun 2020 naik menjadi Rp 451,77 triliun, dan di tahun 2021 mengalami kenaikan lagi menjadi Rp 625,04 triliun.

Selain itu, nilai tukar petani (NTP), salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani selama periode Januari hingga Maret 2022 terus mengalami peningkatan. NTP Maret 2022 sebesar 109,29 atau naik 0,42% dibanding NTP bulan Februari 2022 sebesar 108,83.

Pun dalam urusan produksi beras. Selama tiga tahun terakhir menurutnya produksinya cukup tinggi bahkan dalam kurun tersebut, Indonesia tidak melakukan impor beras. Tercatat, produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton.

"Kita nggak main-main. Sekrisis apapun Kementan itu sudah ada program," pungkas SYL.

(tn/san)