TRUSTNEWS.ID,. - Pembentukan Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian (Pusdiktan) didasarkan pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Merujuk peraturan tersebut, Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis serta penyelenggaraan pendidikan pertanian.
Idha Widi Arsanti, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di lingkup Kementerian Pertanian (Kapusdiktan), mengatakan, dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusdiktan menyelenggarakan berbagai fungsi strategis.
Diantaranya mulai dari menyusun kebijakan teknis, rencana, program, dan kerja sama serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pendidikan pertanian; melaksanakan pelaksanaan pengkajian sumber daya manusia (SDM) pertanian; menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan pertanian; memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan pertanian; melaksanakan penyelenggaraan pendidikan pertanian; dan melaksanakan pengembangan kelembagaan dan ketenagaan pendidikan pertanian.
"Pusat Pendidikan Pertanian menaungi 7 Polbangtan dan PEPI serta membina sekolah menengah kejuruan pertanian bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pertanian melalui BPPSDMP saat ini menyelenggarakan pendidikan menengah vokasi pertanian di 3 (tiga) SMK-PP, dan 110 SMK bidang pertanian binaan lainnya di bawah pemerintah daerah dan swasta atau yayasan," ujar Idha Widi Arsanti kepada TrustNews.
Ketujuh politeknik tersebut adalah 6 Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan 1 Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI). Polbangtan tersebar di kampus Medan, Bogor, Polbangtan Malang, Yogyakarta-Magelang (YoMa), Gowa, dan Manokwari. Sementara untuk PEPI berlokasi di Serpong (JK: CITY).
Dijelaskannya, meski sama-sama mengusung pertanian namun perbedaan politeknik yang dikelola Pusdiktan lebih menekankan pada vokasi pertanian. Sehingga lebih mengutamakan praktek ketimbang teori.
"Komposisinya 70 persen praktek dan 30 persen teori. Ini yang membedakan dengan fakultas pertanian di universitas lain yang diarahkan menjadi akademisi. Kita lebih banyak ke praktek karena arahannya untuk bekerja di perusahaan, stakeholder pertanian atau wirausaha pertanian," ungkapnya.
Tak hanya memfokuskan pada praktek lapangan, menurutnya, Polbangtan, SMK-PP dan SMK Pertanian juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari seni, science, drumband hingga character building.
"Anak didik kita banyak diterima oleh stakeholder dunia usaha karena mereka melihat adanya kedisiplinan. Dalam upaya pembentukan karakter ini kita kerja sama dengan semua pihak seperti kalangan agamawan dan pihak militer," ungkapnya.
"Anak didik memulai pembelajaran mulai dari subuh, lalu berkebun kemudian siap-siap pembelajaran. Lanjut sore hari kembali berkebun dan ada ekstrakurikuler dan jam 10 malam sudah istirahat (tidur)," ujarnya.
"Dengan pola ini karakter anak didik terbentuk sehingga saat lulus mereka siap untuk bekerja dan bersosialisasi dengan masyarakat. Karena saat ini yang diperlukan bukan hanya sekedar teori. Tapi gabungan karakter, disiplin dan bisa mempraktekkan apa yang menjadi teori," paparnya.
Gabungan karakter, disiplin dan praktek, ini menurutnya, menjadi penting ketika para lulusan bertemu langsung dengan masyarakat, khususnya petani.
"Saat mereka menjadi penyuluh atau pemimpin kelompok tani, mereka harus memimpin petani senior, kita ajarkan soft skill bagaimana memimpin rapat, bagaimana membuka rapat, bagaimana mengatur jalannya rapat. Karena mereka diciptakan menjadi ujung tombak pertanian yang punya karakter kuat sebagai pemimpin," pungkasnya.