trustnews.id

Dirjen IKFT Garap Kekuatan Hulu Mendulang Bisnis Di Sektor Hilir
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Hilirisasi industri diyakini memberikan multiplier effect atau dampak berganda yang telah terbukti nyata, antara lain meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di tanah air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran tersebut, pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif agar bisnis bisa berjalan dengan baik. Selain itu juga mampu menciptakan sinergi dan koordinasi antara pemerintah dengan dunia usaha.

Saat ini Kemenperin sedang fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang, mineral dan petrokimia, serta berbasis migas dan batubara.

Khusus di industri petrokimia juga menjadi perhatian penuh Kementerian yang dikomandani Agus Gumiwang Kartasasmita. Pasalnya, hampir dua dekade belakangan, investasi dalam industri petrokimia belum signifikan untuk menjawab kebutuhan industri. Hal ini membuat nilai impor bahan baku petrokimia cukup tinggi.

Data dari Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik lndonesia (Inaplas) menunjukkan impor produk petrokimia cukup tinggi. Sebagai gambaran, produk petrokimia hulu seperti polipropilena (PP) untuk membuat botol plastik sekali pakai, polivinil klorida (PVC)- untuk membuat pipa, polietilena (PE)-bahan untuk membuat kantong plastik, dan polistirena (PS)- untuk membuat styrofoam, hampir mencapai 6 juta ton. Namun, industri dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari permintaan domestik. Selebihnya, kebutuhan produk petrokimia hulu mengandalkan impor.

Makanya saat ini pemerintah begitu berharap besar dengan megaproyek yang tengah didanai PT Chandra Asri dan Lotte Chemical Indonesia dalam menutupi kebutuhan pasar dalam negeri, hingga mampu merambah target ekspor.

Langkah ini dilandasi dari keinginan PT Chandra Asri berniat menaikkan kapasitas produksi menjadi 8 juta ton per tahun dari saat ini 4,2 juta ton melalui proyek kompleks petrokimia CAP2 di Cilegon, Banten. Sementara itu, Lotte CI mulai membangun proyek LINE yang akan menghasilkan 1 etilena sebanyak 1 juta ton, propilena 520 ribu ton per tahun, dan polipropilena 250 ribu ton per tahun, dan beberapa produk turunan lainnya. Diprediksi tuntas pada 2025.

“Saat ini ada mega proyek petrokimia di Chandra Asri dan Lotte Chemical Indonesia. Efeknya, diharapkan bisa memberikan perkembangan yang signifikan untuk mengisi pasar polietilena (PE) dan polipropilena (PP), yang merupakan bahan baku plastik di hilirnya. Ini yang kita butuhkan untuk memperkuat dari sektor hulunya,” tegas Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi Tekstil (Dirjen IKFT) Ignatius Warsito kepada TrustNews.

Dari sektor hilir pun dipastikan membutuhkan pasar yang sasarannya sesuai dengan konsep kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk mendukung pasar-pasar domestik maupun pasar ekspor. Jika bicara optimalisasi nilai tambah, lanjut Ignatius, tidak hanya berhenti di pasar domestik tapi juga harus masuk ke wilayah pasar ekspor.

“Saat ini substitusi pasar ekspor yang tengah kami sorot adalah dari kacamata perang dagang antara China dengan Amerika. Makanya kita berencana akan mengisi pasar ekspor dalam kondisi Amerika membendung produk-produk China. Ini akan kita manfaatkan, demikian juga di beberapa pasar Eropa. Kita juga sedang menyiapkan pasar-pasar non-tradisional untuk mengalihkan kemampuan industri dalam negeri,” tandasnya meyakinkan.

Selain petrokimia, menurut Ignatius Warsito, pihaknya juga tengah menyiapkan roadmap biorefinery, yang bahan bakunya berasal dari limbah kelapa sawit, guna mendukung sektor petrokimia. Langkah ini dilakukan sebagai perwujudan hasil kesepakatan Pemerintah RI di sidang G20 beberapa waktu silam.

“Namun demikian untuk bio refinery atau bio diesel ini merupakan tantangan tersendiri buat kami,” tegas pria yang dikenal ramah tersebut. Namun demikian, guna menghadapi tantangan tersebut, IKFT terus melakukan beragam terobosan-terobosan baru, termasuk mengubah cara pikir dan pola kerja seluruh jajarannya. Sehingga dengan perubahan mindset tersebut mampu membawa perubahan tersendiri baik secara teknologi maupun informasi yang harapannya bisa membangun sektor industri IKFT. “Pastinya di tengah kondisi ketidakpastian dunia dan gelombang krisis, kami akan berupaya untuk bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Kami akan terus melakukan mitigasi-mitigasi terhadap perubahan global maupun bagaimana mengoptimalkan pasar domestik,” tegas Ignatius Warsito.