TRUSTNEWS.ID,. - Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan dinilai mampu menghadapi ketidakstabilan kondisi geopolitik dan ekonomi global saat ini. Perekonomian Indonesia tumbuh positif 5,05 persen dengan tingkat inflasi yang masih terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen yakni sebesar 2,61 persen (yoy) pada tahun 2023.
Inflasi yang stabil terkendali sesuai rentang target, dapat dicapai berkat sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Bank Indonesia. Capaian 2023 ini secara tahunan merupakan angka terendah dalam dua dekade terakhir di luar periode Pandemi Covid-19.
Begitu juga dengan neraca perdagangan Indonesia yang terus mencatatkan surplus pada bulan Desember 2023 dengan nilai yang mencapai USD3,31 miliar. Angka tersebut kembali melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 atau telah berlangsung selama 44 bulan berturut-turut.
Bahkan untuk pertama kalinya sejak tahun 2008 tercipta surplus dengan Tiongkok yakni sebesar USD2,06 miliar pada tahun 2023. Kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu mencetak USD258,82 miliar dan masih lebih tinggi dari nilai impor yang sebesar USD221,89 miliar.
Ferry Irawan, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, mengatakan, secara keseluruhan langkah-langkah makro yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sudah berada dalam track yang benar.
“Kalau kita melihatnya secara keseluruhan sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi tiap triwulan selalu di atas atau sekitar 5 persen. Ini menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia lebih mampu bertahan dibandingkan negara-negara lain seiring dengan meredanya low-base effect,” ujar Ferry Irawan menjawab TrustNews.
“Apalagi kalau diingat ada proyeksi bahwa tahun 2023 perekonomian dunia akan masuk dalam jurang resesi. Nyatanya, pertumbuhan GDP kita juga relatif termasuk yang teratas atau hanya 3 negara di ASEAN dan G20 yang bisa bertahan di dalam pertumbuhan di atas 5 persen,” paparnya.
Lantas, bagamaina dengan pertumbuhan ekonomi di 2024, Ferry Irawan, mengatakan, keoptimisannya. Ini dilandaskan pada sejumlah indikator yang masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada 2024 di level 5,2%.
Perkembangan inflasi pada Januari 2024 tercatat 2,57% (yoy). Pengendalian inflasi di tahun 2024 tetap dilakukan dalam kerangka strategi kebijakan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) yang disinergikan dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter dalam wadah TPIPTPID. Dengan perkembangan saat ini serta berbagai upaya yang ditempuh, inflasi tahun 2024 diperkirakan tetap terkendali dalam kisasaran sasaran target 2,5±1% Tingkat rasio utang Indonesia yang masih berada di level 38 persen, berada di bawah standar maksimum utang dari regulasi yang sebesar 60 persen.
Permintaan dalam negeri masih akan menjadi penyumbang pertumbuhan, yaitu dari konsumsi masyarakat yang terus menggeliat disertai investasi yang akan mulai bergerak kencang. Maka menjaga daya beli masyarakat akan terus menjadi prioritas pemerintah sambil tetap memastikan iklim berusaha yang baik.
Mengantisipasi kinerja ekspor yang akan terpengaruh oleh kondisi global, Ferry mengungkapkan bahwa pembentukan Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional oleh Presiden melalui Keppres 24/2023 akan menjadi strategi penting dalam menjaga capaian nilai ekspor nasional ke depan. Ferry menyebut, target pertumbuhan ekonomi Indonesia ini juga sejalan dengan prediksi lembaga asing.
Dalam 2024 Global Economics Outlook: The Last Mile Morgan Stanley, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten di kisaran 5 pertumbuhan hingga 2025.
Dalam proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diprediksi di level 5 persen pada 2024 di level 5,1 persen dan 2025 di level 5,2 persen.
“Kita membuka komunikasi dengan semua stakeholder, misalnya dengan sektor keuangan. Kita ingin memastikan UMKM mendapatkan akses pembiayaan yang mudah dan murah, karena kita punya program KUR (Kredit Usaha Rakyat),” ujarnya.
Menurutnya, hingga akhir tahun 2023 atau 31 Desember 2023, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah mencapai Rp260,09 triliun yang diberikan kepada 4,64 juta debitur. Penyaluran tersebut diikuti dengan tingkat rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) yang terjaga di level 2,03 persen.
Angka itu dibawah rata-rata NPL gross nasional sebesar 2,42 persen. “Kita ingin memastikan memastikan UMKM bisa dapat akses pembiayaan yang mudah dan murah. Setidaknya bisa menyamakan penyaluran KUR 2023,” pungkasnya