Selain pangan, Energi merupakan urat nadi kehidupan pribadi orang perorang dan masyarakat. Energi sama juga pangan, harus tersedia setiap saat dibutuhkan. LPG merupakan salah satu jenis energi yang dipakai di dapur rumah tangga dan Usaha kuliner masyarakat kecil. Saat ini sekitar 75% kebutuhan LPG nasional bergantung dari LPG IMPORT. Kebijakan Energi Nasional (KEN) seperti ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi dan bahkan dengan trend yang terus meningkat. Harus ada langkah-langkah kebijakan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan mengoptimalkan sumber energi dalam negeri. Seperti misalnya: 1). batubara yang saat ini produksinya terus digenjot hingga sekitar 600 juta ton pertahun. Produksi tertinggi dalam sejarah, dimana sekitar 80% diexport. Perlu ada kebijakan untuk mempermudah investasi untuk mengkonversi batubara menjadi energi substitusi LPG. Kebijakan seperti ini sebaiknya dipercepat agar bisa segera dilaksanakan mengingat disisi lain, penggunaan batubara untuk pembangkit listrik (PLTU) harus dikurangi untuk mengurangi emisi karbon sejalan dengan Perjanjian Paris yang sudah diratifikasi oleh DPR menjadi UU.
2). Optimalisasi produksi gas C1 C2 untuk bisa didistribusikan ke rumah tangga melalui pipa meski terlebih dahulu melewati regasifikasi LNG karena sumber lapangan gas yang jauh dari konsentrasi dapur rumah tangga rakyat. Sejauh gas pipa yang dialirkan ke rumah tangga dari lapangan gas langsung, masih sangat sangat kecil, hanya sekitar 0.1% dari produksi gas dalam negeri.
3).Segera manfaatkan cadangan raksasa gas CO2 yang ada di Natuna untuk dikonversi menjadi methanol dan produk lain, sekaligus CO2 Natuna bisa diarahkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku (Enhanced Oil Recovery) guna meningkatkan produksi migas lapangan tua di Riau. Kalau cadangan gas besar di Natuna tidak segera secara de facto dimanfaatkan, boleh jadi China akan terus menerus tergoda berusaha untuk menguasainya dengan taktik terlebih dahulu mengkukuhkan klaimnya atas Natuna lewat nelayan mereka. Upaya mengurangi ketergantungan energi untuk sektor rumah tangga juga perlu melibatkan Lembaga Penelitian dan mendorong inovasi. Seperti penelitian untuk dapat segera memanfaatkan cadangan C02 Natuna. Juga didorong mencari terobosan teknologi sederhana kompor listrik yang hemat listrik dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat menengah bawah pemakai LPG bersubsidi. Kalau trend importasi LPG yang terus meroket ini terus dibiarkan, ini sangat rawan bagi ketahanan energi dan ketahanan nasional terlebih nyaris 100% importasi LPG berasal dari Timur Tengah yang merupakan Kawasan yang sangat beresiko dan sewaktu-waktu dapat memunculkan situasi terputusnya pengapalan LPG ke Indonedia. Apa yang akan terjadi jika tiba-tiba sekitar 75% dari LPG menghilang. Kita mengharap agar Dewan Energi Nasional (DEN) yang diketuai oleh Presiden RI dengan Ketua Harian Menteri ESDM sesuai dengan UU Energi, harus segera menyempurnakan Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebelum terlambat.
Penulis: Dr Kurtubi - Alumnus Colorado School of Mines, Ecole Nationale Superieure du Petrole et des Moteurs - IFP dan Universitas Indonesia.).