trustnews.id

Bea Cukai Jateng-DIY Rp42,75 Triliun Terkumpul, Rp127,49 Miliar Selamat
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID - Di jantung Jawa Tengah dan Yogyakarta, di mana pasar tradisional berdampingan dengan kawasan industri modern, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Kanwil DJBC) Jateng DIY bekerja tanpa lelah. Kantor ini bukan hanya penjaga gerbang perdagangan, tapi juga pendamping masyarakat yang bermimpi besar.

Laporan kinerja Januari hingga September 2025 mengisahkan perjuangan layaknya adegan film action. Mengejar target penerimaan negara, melawan perdagangan ilegal, dan mengangkat usaha kecil ke panggung dunia. Hasilnya, hingga 30 September 2025, total penerimaan negara yang dikumpulkan mencapai Rp42,75 triliun atau 64,59% dari target Rp66,19 triliun. Secara tahunan (year-on-year/yoy), realisasi itu tumbuh 5,26%, menandakan daya tahan sektor perdagangan dan industri daerah masih terjaga meski tekanan eksternal belum sepenuhnya mereda.

R. Megah Andiarto, Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Hubungan Masyarakat Kanwil Bea Cukai Jateng DIY, menyebut capaian ini sebagai hasil kerja kolektif antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat industri.

"Kami berkomitmen menjaga keseimbangan antara penerimaan dan keberlanjutan industri. Kinerja kami bukan sekadar mengejar angka, tetapi memastikan aktivitas ekonomi daerah tetap bergerak," ujar Megah Andiarto di sela evaluasi kinerja akhir kuartal kepada TrustNews.

Angka 5,26% mungkin terdengar kering, tapi setiap rupiah adalah bukti kerja keras. Bea masuk, yang menopang impor, hanya mencapai Rp1,82 triliun dari target Rp2,28 triliun, atau 79,51%, turun 7,06% karena perdagangan global yang lesu.

Tapi di sisi lain, bea keluar—dari ekspor komoditas seperti kopi dan tekstil—melambung ke Rp57,8 miliar, melampaui target Rp43,7 miliar dengan capaian 132,33% dan pertumbuhan 37,18%. Lonjakan 37,18% tersebut ditopang oleh ekspor produk agrikultur dan tekstil yang menjadi andalan Jawa Tengah dan DIY di pasar global.

Cukai, dari rokok hingga minuman beralkohol, menyumbang Rp40,87 triliun dari target Rp63,68 triliun, atau 64,01%, naik 5,85%. Di balik angka-angka ini, ada petugas yang berjaga hingga larut, memastikan roda ekonomi tetap berputar.

"Kami berupaya agar ekosistem industri tetap kondusif, sambil tetap menjalankan fungsi pengawasan," ujarnya.

Lalu ada sisi lain, bisa menjadi 'scene paling mendebarkan', perang melawan perdagangan ilegal. Bayangkan tim penindakan menyusuri gang-gang sempit, menggerebek gudang rokok ilegal, atau menghentikan truk yang membawa minuman keras tanpa izin.

Sebanyak 2.812 operasi dilakukan, menyita barang senilai Rp255,53 miliar, mencegah kerugian negara Rp127,49 miliar. Rokok ilegal, sebanyak 109,06 juta batang, disita dengan nilai Rp158,16 miliar, menyelamatkan cukai Rp105,09 miliar. Minuman beralkohol ilegal, 17.525 liter, dihentikan dengan nilai Rp5,28 miliar, mencegah kerugian Rp14,07 miliar.

Operasi kepabeanan menyasar kosmetik, obat keras, hingga tekstil, dengan barang senilai Rp94,76 miliar, menjaga Rp8,9 miliar untuk negara. Bahkan narkoba tak luput: 39 operasi menyita 15.091 gram metamfetamin, 600 butir ekstasi, 880 obat keras, 3,672 gram ganja, dan 3 gram tembakau sintetis. Setiap penindakan adalah kemenangan kecil, melindungi masyarakat dari bahaya yang tak terlihat.

"Kami tidak hanya mengandalkan intelijen, tapi juga membangun kolaborasi dengan aparat lain agar pengawasan berjalan efektif," ungkap Megah.

Tapi cerita ini tak hanya tentang angka dan razia. Di desa-desa Jawa Tengah dan Yogyakarta, petugas Bea Cukai menjadi sahabat pelaku usaha kecil. Sebanyak 37 UMKM dibina, 31 di antaranya mendapat pendampingan langsung. Hasilnya, 26 UMKM berhasil menembus pasar internasional, menghasilkan Rp31,8 miliar.

Bayangkan seorang pengrajin batik di Yogyakarta yang karyanya kini dipamerkan di toko-toko Eropa, atau petani kopi di Temanggung yang produknya dinikmati di kafe-kafe Asia. Program KITE menambah 1.828 pekerja dan investasi USD20,27 juta, sementara Kawasan Berikat menciptakan 28.502 lapangan kerja dan investasi Rp49,14 triliun di Agustus. Tercatat 30 perusahaan baru bergabung, menambah total kawasan berikat aktif menjadi 322 perusahaan.

"Kami tidak hanya mengawasi, tetapi juga memfasilitasi agar industri tumbuh lebih sehat dan produktif," ujarnya. "Kami ingin menjadi bagian dari gerak ekonomi yang sehat dan berkeadilan," pungkasnya. (TN)