trustnews.id

Barantin Menuju Era Digital dan Pendekatan Preborder Dalam Lalu Lintas Media Pembawa
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Melalui berbagai inisiatif dan kebijakan, Barantin berkomitmen meningkatkan kualitas pengawasan, mempermudah proses administrasi, dan menjamin keamanan produk tumbuhan yang diekspor maupun diimpor.

Sejak terbentuk Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengambil inisiatif perubahan signifikan dalam sistem karantina tumbuhan Indonesia. Perubahan ini dilakukan guna memastikan keamanan hayati negara sekaligus mendukung perdagangan internasional komoditas pertanian Indonesia.

Melalui berbagai inisiatif dan kebijakan, Barantin bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengawasan, mempermudah proses administrasi, dan menjamin keamanan produk tumbuhan yang diekspor maupun diimpor.

AM Adnan, Direktur Standar Karantina Tumbuhan, mengatakan transformasi ini menjadi langkah penting dalam memastikan karantina tumbuhan Indonesia siap menghadapi tantangan global dan perkembangan teknologi yang pesat.

“Dengan transformasi ini, karantina tumbuhan Indonesia bergerak menuju era yang lebih modern dan efisien dalam menghadapi tantangan global, sekaligus memastikan keamanan dan kualitas komoditas yang masuk ke dalam negeri,” ujar Adnan kepada TrustNews.

Setidaknya, menurutnya, tranformasi yang dilakukan terfokus pada tiga hal. Pertama, penguatan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah elemen kunci dalam reformasi sistem karantina. Adnan menegaskan pentingnya penguatan SDM untuk menghadapi kemajuan teknologi dan inovasi terbaru. Meskipun SDM yang ada saat ini sudah memadai, peningkatan kapasitas dan pelatihan lebih lanjut diperlukan untuk memaksimalkan potensi teknologi dalam karantina tumbuhan.

“Meskipun SDM yang ada saat ini sudah memadai, kami perlu melangkah lebih jauh dengan peningkatan kapasitas dan pelatihan yang lebih intensif,” ujar Adnan.

“Transformasi menjadi penting untuk memastikan bahwa tenaga kerja dapat memanfaatkan teknologi terbaru dan menghadapi tantangan baru dalam karantina tumbuhan” tambahnya.

Kedua , transformasi digital. Semua layanan karantina, termasuk pendaftaran dan pelaporan, akan beralih ke sistem digital. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi, mengurangi kesalahan, dan mempercepat proses.

“Salah satu perubahan terbesar adalah peralihan dari sistem berbasis kertas ke full sistem digital” ungkapnya.

“Dengan digitalisasi, pengawasan dan evaluasi akan lebih efektif, meminimalkan masalah yang sering muncul dalam system berbasis kertas,” tambahnya.

Ketiga, Revitalisasi Laboratorium, menjadi hal yang mutlak dilakukan karena pencegahan masuk dan keluarnya organisme pengganggu tumbuhan (OPTK) menjadi penjustifikasi berbasis ilmiah. Selain itu, pendekatan preborder dalam lalu lintas media pembawa dikedepankan dalam rangka antisipasi dini terhadap masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) guna mempermudah dan menjadi lebih efektif dan efisiennya Tindakan karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran.

Metode yang ditawarkan salah satunya adalah pemberian pengakuan area bebas hama (Pest-Free Area/PFA). Implementasi area bebas hama merupakan langkah strategis untuk memastikan tanaman yang masuk ke Indonesia bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).

Hal lain yang akan dilakukan adalah “Melalui kerja sama internasional, standar dan protokol akan diterapkan untuk memastikan bahwa semua komoditas yang diekspor memenuhi persyaratan ketat. Metode inspeksi preshipment akan digunakan untuk memeriksa tanaman di negara asal sebelum pengiriman, memastikan bahwa produk yang masuk sudah memenuhi standar,” paparnya.

Dengan sistem preborder, semua proses karantina dan dokumen harus diselesaikan di negara asal sebelum barang tiba di Indonesia. Ini dirancang untuk memperlancar kegiatan di pelabuhan dan bandara dengan memastikan bahwa semua isu terkait karantina telah diatasi sebelumnya.

“Semua persoalan karantina harus selesai di negara asal, sehingga ketika masuk Indonesia, kita sudah yakin komoditas tersebut aman dan sesuai standar,” ujarnya.

Menurutnya, dalam mendukung system Preborder, standar-standar baru akan disusun. Selain PFA yang telah disebutkan diatas, metode lain yang akan digunakan adalah Presigment Infection (PSI), di mana petugas karantina Indonesia akan dating ke negara asal komoditas untuk melakukan inspeksi.

“Barantin berkomitmen untuk membawa sistem karantina tumbuhan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi, menjadikannya lebih efisien, responsif, dan sesuai dengan standar global,” ujarnya.

“Transformasi ini diharapkan akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pengelolaan tumbuhan dan perdagangan internasional di Indonesia,” pungkasnya. (TN)