TRUSTNEWS.ID - Di tengah meningkatnya tekanan kebutuhan air bersih di kawasan megapolitan Jakarta dan sekitarnya, satu proyek strategis nasional (PSN) muncul sebagai tumpuan harapan masa depan penyediaan air layak konsumsi, yakni Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatiluhur I.
Proyek yang digarap oleh PT WIKA Tirta Jaya Jatiluhur (WTJJ) ini menjadi proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) terbesar di Indonesia dalam bidang air bersih. SPAM Jatiluhur I melayani wilayah DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang dengan kapasitas mencapai 4.750 liter per detik, cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1,9 juta jiwa.
Rendy Ardiansyah, Direktur Utama WTJJ, mengatakan bahwa proyek ini dirancang bukan hanya untuk memperluas akses air bersih, tetapi juga mengubah cara masyarakat mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.
“Proyek ini bukan hanya terbesar di Indonesia dalam skema KPBU, tapi juga tonggak menuju 100 persen akses air bersih untuk warga Jakarta pada 2029,” ujar Rendy Ardiansyah kepada TrustNews.
Menurutnya, air bukan sekadar komoditas, melainkan bagian penting dari keberlanjutan hidup perkotaan. Tantangan utama Jakarta tidak hanya keterbatasan pasokan, tetapi juga penurunan muka tanah (land subsidence) akibat penggunaan air tanah berlebihan.
“Kami berupaya mendorong masyarakat beralih dari air tanah ke air permukaan. Semakin banyak yang menggunakan air olahan dari sistem kami, semakin kecil risiko penurunan tanah di Jakarta,” tambahnya.
Air yang diproses WTJJ bersumber dari Waduk Jatiluhur melalui Saluran Tarum Barat, kemudian diolah hingga memenuhi standar air minum sesuai regulasi Kementerian Kesehatan.
“Tingkat kekeruhan (turbidity) air kami di bawah 1, jauh lebih baik dari standar 3. Artinya, air dari kami sudah bisa langsung diminum,” jelasnya.
Untuk menjawab tantangan efisiensi, WTJJ menempatkan teknologi digital dan energi cerdas di pusat operasionalnya.
“Konsumsi energi terbesar kami berasal dari pompa air. Karena itu, kami mengadopsi sistem Variable Speed Drive (VSD) untuk menyesuaikan kecepatan pompa sesuai kebutuhan debit air,” ujarnya.
Sistem ini membuat pompa bekerja lebih efisien, mengurangi beban listrik hingga 20–30 persen dibanding sistem konvensional.
“Prinsipnya sederhana: pompa bekerja hanya sekuat yang dibutuhkan, tidak lebih,” tegasnya.
Selain itu, WTJJ juga mengandalkan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) sebagai pusat kendali digital.
“SCADA adalah dashboard kami. Dari ruang kontrol, kami bisa memantau kualitas air, tekanan, hingga distribusi ke PDAM secara real-time,” jelasnya.
Sistem tersebut memungkinkan operator mendeteksi gangguan lebih cepat, bahkan sebelum masalah muncul di lapangan. WTJJ juga membuka akses SCADA untuk Kementerian PUPR, Perum Jasa Tirta II, dan PDAM agar seluruh pihak dapat melihat kondisi operasional secara transparan.
“Transparansi ini menjadi kunci menjaga kepercayaan dan koordinasi lintas lembaga,” ujarnya.
Kombinasi antara VSD dan SCADA menghasilkan sistem operasi yang saling melengkapi—satu menghemat energi, satu memastikan kendali penuh berbasis data.
“Kami ingin operasional air ini secerdas mungkin. Dengan sistem digital, kami tahu kapan harus meningkatkan tekanan, kapan menurunkan, bahkan bisa memprediksi kebutuhan konsumsi,” paparnya.
WTJJ juga menyiapkan strategi efisiensi energi jangka panjang, termasuk rencana pemanfaatan panel surya di instalasi pengolahan air.
“Sebagian beban listrik kami nanti akan disuplai dari energi terbarukan. Ini bagian dari komitmen kami mendukung target net zero emission pemerintah,” ujarnya.
Menurutnya, efisiensi bukan sekadar penghematan biaya, tetapi juga bagian dari tanggung jawab terhadap lingkungan.
“Kami percaya keberlanjutan energi dan air harus berjalan beriringan. Tak ada efisiensi tanpa kesadaran ekologis,” tegasnya.
Selain teknologi dan kapasitas, WTJJ juga berupaya membangun kepercayaan publik terhadap kualitas air olahannya. Di depan kantor WTJJ, perusahaan memasang tap water yang bisa langsung diminum oleh siapa saja, mulai dari pegawai hingga pengemudi ojek daring.
“Kami ingin masyarakat percaya bahwa air kami aman dan sehat,” pungkasnya.










