Upaya Djakarta Lloyd Berlayar Menembus Badai Covid-19
Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kondisi perekonomian dunia. Belum lagi bernafas lega dalam persoalan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kini sudah dihadapkan dengan pandemi Covid-19 yang jauh lebih luas dampak kerusakan yang ditimbulkannya dan tak tahu kapan berakhirnya.
Bisnis logistik, khususnya transportasi laut, tak luput dari efek pandemi Covid-19, berkurangnya volume pengangkutan dan utilisasi kapal menjadi tidak optimal. Padahal, merujuk data International Chamber of Shipping, industri pelayaran memegang peranan dalam pengangkutan komoditas sekitar 90% dari total perdagangan dunia.
Sementara itu, dari data Ship-Technology menggambarkan, saat ini perusahaan pelayaran telah membatalkan 21 pelayaran untuk rute perdagangan AS–Asia Pasifik dikarenakan rendahnya permintaan pengangkutan komoditas di China.
Pembatalan tersebut merupakan tambahan dari 66 pembatalan yang telah terjadi selama Tahun Baru Imlek 2019. Sedangkan untuk rute perdagangan Asia–Eropa, terdapat 61 pelayaran yang dibatalkan, sehingga mengakibatkan pengurangan kapasitas sebesar 151.000 TEU.
Pengurangan atau bahkan pembatalan itu, masih berdasarkan Ship-Technology disebabkan pemberlakukan pembatasan pelabuhan untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19 seperti China, Jepang, Amerika Serikat, Singapore, Australia, Turki dan banyak negara lainnya. ini mempengaruhi rantai pengangkutan komoditas (ekspor–impor) dunia.
Kondisi itu kian diperparah dengan meningkatnya biaya operasional, dengan karena adanya prosedur tambahan yaitu screening (prosedur yang ditetapkan IMO) di pelabuhan tujuan yang memperpanjang waktu pelayaran.
Lantas, bagaimana dengan kondisi di dalam negeri? Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero) Suyoto memberikan gambaran akan adanya pelemahan pemesanan. Kondisi ini tentu berimbas pada keuntungan yang melambat meski dalam batas wajar.
“Penggunaan daya energi listrik rendah, sehingga terjadi penumpukan stok batubara di PLTU PT. PLN yang mengakibatkan rendahnya permintaan pengangkutan batubara,” ujar Suyoto kepada TrustNews.
“Keagenan pada cabang-cabang yang mengageni kapal asing maupun kapal wisata, tidak mendapatkan pendapatan disebabkan tidak adanya kapal yang singgah,” urainya.
Penurunan industri otomotif, lanjutnya, juga memberikan imbas pada menurunnya import gulungan koil dan plat otomotif yang diangkut oleh customer anak perusahaan.
“Penurunan industri otomotif menyebabkan kegiatan kegiatan stevedoring (pembongakaran barang dari dan ke kapal/red) yang dilakukan mengalami penurunan,” paparnya.
Sementara pada saat yang bersamaan, lanjutnya, perusahaan juga berhadapan dengan kompetitor yang dapat mengambil pangsa pasar perusahaan.
“Penurunan pendapatan transhipment anak perusahaan pada Pangkalan Susu, Sumatera Utara, dimana telah diambil oleh pihak kompetitor,” ujarnya.
Belum lagi, Djakarta Lloyd, lanjutnya, masih punya warisan masa lalu terkait pelaksaan komitmen keputusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
“Masa lalu yang masih menghantui perusahaan guna melaksanakan komitmen keputusan PKPU,” ujar Suyoto.
Tak mau karam perlahan di tengah badai pandemi, perusahaan pelat merah bidang perkapalan ini lantas menyusun strategi ulang. Diantaranya, mempertahankan kuota pengangkutan batubara, baik dari sinergi BUMN maupun dari Sektor Swasta dengan membangun kepercayaan dan kepastian akan ketersediaan kapal.
“Kita lakukan pendekatan dan koordinasi berkala ke unit-unit PLTU serta pemasok batubara,” urainya.
Kemudian, mengoptimalkan kegiatan operasi Penugasan Pemerintah yang semula mengoperasikan 4 armada kapal menjadi 5 armada kapal di tahun 2020. Termasuk melakukan efisiensi pada biaya tetap maupun biaya tidak tetap.
“Kita juga mengoptimalkan capital expenditure (CAPEX) sesuai dengan kebutuhan serta cepat dalam mendapatkan pendapatan,” tegasnya.
Guna mendukung strategi tersebut, lanjutnya, selain menerapkan protokol kesehatan, Djakarta Lloyd juga memperkuat lini IT dengan memasangkan aplikasi berupa SDSD pada setiap armada milik maupun TC guna dapat memonitoring keadaan kapal.
Kemudian, melakukan diversifikasi market melalui anak perusahaan dengan kegiatan trucking. Termasuk mengoptimalkan kegiatan tol laut, dimana dari pelabuhan ke pelabuhan menjadi door to door.
Dan, tentu saja, meningkatkan pengangkutan angkutan batubara dari BUMN dan BUMS. Serta memperoleh pengangkutan angkutan cair BBM dari PT. Pertamina.
“Kita menentukan strategi–strategi perusahaan melalui Rencana Jangka Pendek maupun Rencana Jangka Panjang. Juga tidak lupa, meningkatkan produktivitas dan pelayanan untuk menjaga kepuasan serta kepercayaan pelanggan maupun vendor,” pungkasnya. (TN)