TrustNews.Id - Keberanian Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar) dalam mentransformasikan diri dalam dunia digital, seakan mendapat jawaban dengan kemunculan pandemi Covid-19. Terbatasnya ruang gerak masyarakat akibat upaya memutus rantai penularan virus. Membuat masyarakat mengalihkan segala yang bersifat fisik menjadi bersifat digital, khususnya bertransaksi.
Yulis Suandi, Direktur Utama Bank Sulselbar, mengatakan pandemi Covid-19 mendorong percepatan digitalisasi akibat terbatasnya ruang gerak masyarakat dalam bersosialisasi maupun bertransaksi.
"Bank Sulselbar sudah sejak 2018 melihat pola pergeseran konsumen seiring berkembangnya teknologi digital. Kami memutuskan mengembangkan produk dan layanan perbankan dengan dukungan teknologi digital untuk memudahkan kebutuhan nasabah dan masyarakat," ujar Yulis Suandi kepada TrustNews.
Dirinya menyebut, Mobile Banking (m-Banking) Bank Sulselbar diluncurkan pada tahun 2018 lalu, berbasis aplikasi smartphone sebagai layanan digital yang memiliki banyak fitur terintegrasi untuk kemudahan konsumen dalam bertransaksi perbankan.
"Keberadaan m-Banking Bank Sulselbar ini dirasakan benar oleh nasabah saat pandemi dalam bertransaksi. Bahkan berkembang dengan keberadaan mobile loan atau fasilitas mengajukan pinjaman dan kredit melalui Mobile Banking. Jadi, jika nasabah mau mengajukan permohonan fasilitas kredit tak perlu datang ke kantor bisa via Mobile Banking. Solusi ini mendukung anjuran pemerintah untuk tetap dirumah selama pandemi Covid-19," paparnya.
Menurutnya, Bank Sulselbar pun melangkah lebih jauh dengan meluncurkan 4 program sekaligus di tahun 2020, yakni Laku Pandai atau Agangku, Pembiayaan Emas, Keuntungan Taspen Smart Car dan Trade Products and Services.
"Bank Sulselbar juga sudah bekerjasama dengan Kementerian Agama Perwakilan Sulsel untuk penyetoran uang haji," ujarnya.
Selain itu ada SIMPADA (Sistem Informasi Manajemen Pajak Dan Retribusi Daerah). SIMPADA adalah sebuah platform sistem yang mengelola Sistem Manajemen Pajak dan Retribusi Daerah yang diluncurkan pada awal Juni 2021 lalu.
Aplikasi SIMPADA, masyarakat dapat melakukan pembayaran pajak dan retribusi secara terintegrasi. Maksudnya, retribusi seperti jasa umum, usaha, perizinan, termasuk Izin Membangun Bangunan (IMB).
"SIMPADA meminimalisir potensi terjadinya selisih atau kesalahan pajak sudah tidak ada karena langsung terhubung dengan data Bappeda,” jelasnya.
Dia tidak memungkiri pandemi membawa dampak yang cukup berat dalam menjaga kinerja perusahaan. Untuk itu,
menurutnya, Bank Sulselbar menerapkan lima strategi dalam mempertahankan kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19).
Pertama, menjalankan Business Continuity Plan (BCP) sesuai protokol Covid-19, antara lain dengan physical distancing, work
from home, dan peningkatan imun pegawai.
Kedua, menjaga likuiditas dengan melakukan pembatasan atau penundaan investasi yang tidak prioritas.
Ketiga, mengalokasikan kredit atau pembiayaan secara hati-hati terhadap sektor yang terdampak Covid-19.
Keempat, melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang terdampak Covid-19 sesuai ketentuan OJK.
Kelima, peningkatan akses keuangan berbasis digital. Keenam peningkatan pengelolaan kualitas cash flow perusahaan.
Strategi tersebut nyata ampuh dalam menjaga pertumbuhan laba bersih pada tahun 2020. Meski hanya naik tipis, namun hal tersebut berhasil dilakukan saat pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan Bank Sulselbar, laba bersih mencapai Rp620,93 miliar pada 2020. Capaian tersebut naik 0,69% dari tahun 2019 sebesar Rp 616,6 miliar.
Kenaikan tipis laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,2% dari Rp1,35 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp1,48 triliun. Kinerja ciamik itu berlanjut ke 2021. Aset bank milik Pemerintah Daerah se-Sulselbar ini, mencapai Rp 27,7 triliun, melampaui target Rp27,4 triliun, atau terealisasi sebesar 101,3 persen.
Secara year on year (yoy), aset Bank Sulselbar tumbuh dua digit, yaitu sebesar 11,9 persen. Bank Sulselbar membukukan laba senilai Rp854 miliar dari target Rp 850 miliar atau terealisasi sebesar 100,43 persen. Laba tersebut tumbuh sebesar 4,0 persen yoy.
Untuk penyaluran kredit dan pembiayaan, Bank Sulselbar mengucurkan senilai Rp 21,26 triliun atau terealisasi 100,17 persen dari target dan tumbuh 8,21 persen secara YoY. Rinciannya, penyaluran kredit investasi (KI) senilai Rp2,47 triliun, sedangkan kredit modal kerja (KMK) senilai Rp2,27 triliun, serta kredit umum lainnya (KUL) senilai Rp16,47 triliun.
"Tantangan terbesar Bank Sulselbar yakni mengayomi para UMKM yang ada di Sulselbar, proses menuju IPO, serta bagaimana menjadikan Bank Sulselbar Top of Mind di Sulawesi Selatan dan Barat," pungkasnya.
(tn/san)