IPC menjadikan kecanggihan teknologi lebih humanis dalam dunia serba digital.
Berseluncur bersama ombak besar perubahan, revolusi teknologi global, membawa PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) memasuki era baru pelabuhan.
Hanya saja digitalisasi, bagi IPC, bukan hanya mengubah manual menjadi digital. Lebih dari itu, IPC memaknai revolusi industri 4.0 dari sudut pandang yang berbeda, yakni manusia sebagai pusat (human-centered) dengan segala kecanggihan teknologi yang ditawarkan. Dunia mengenalnya dengan konsep Society 5.0.
“Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0 sesungguhnya tak jauh beda. Yang membedakan adalah titik pandang dan perspektifnya. Jika Revolusi Industri 4.0 di Eropa dan AS secara umum lebih fokus kepada pengembangan teknologi, maka Society 5.0 menggunakan pendekatan yang lebih human-focused,” ujar Direktur Utama IPC, Elvyn G Masassya kepada TrutNews.
Melalui Society 5.0, lanjutnya, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru.
“Bagaimana para pelaku bisnis mau berbagi big data dan meningkatkan kerja sama untuk menciptakan inovasi baru, termasuk juga kebijakan dan regulasi,” ujarnya.
Dalam mewujudkan Society 5.0, dijelaskan Elvyn, IPC sebagai trade facilitator memulainya dengan mengubah seluruh layanan menjadi serba digital, dari sisi pelayanan di terminal maupun juga meliputi seluruh kegiatan pelabuhan secara korporasi baik dari sisi darat maupun laut.
“Selanjutnya IPC akan menyediakan sebuah platform digital dimana semua pelaku industri kepelabuhanan termasuk pengguna jasa dapat mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mendapatkan layanan dan jasa sesuai dengan kebutuhan,” paparnya.
IPC, lanjutnya, sejak tiga tahun terakhir terus melakukan sustainable superior performance (performa yang berkelanjutan). Ini ditandai dengan gencar melakukan optimalisasi teknologi informasi dan modernisasi infrastruktur dan suprastruktur pelabuhan. Tujuan terbesarnya adalah menekan biaya logistik dan meningkatkan ekspor nasional.
“Digitalisasi yang dilakukan IPC mencakup kegiatan di sisi laut maupun darat atau yang disebut Front-End yang terintegrasi dengan Back-End menggunakan Enterprise Resources Planning (ERP),” tegasnya.
Di sisi laut, IPC telah menerapkan aplikasi Vessel Management System (VMS), Vessel Traffic System (VTS), Automatic Identification System (AIS), dan Marine Operating System (MOS). Di sisi darat, IPC menerapkan aplikasi Terminal Operating System untuk Peti Kemas dan Non Peti Kemas, Autotally, Autogate, Delivery Order online (DO Online), Integrated Container Freight Station (CFS), Tempat Penimbunan Sementara (TPS) online, Integrated Billing System (IBS) yang meliputi e-registration, e-booking, e-tracking, e-payment, e-invoice, dan e-customer care.
“Setidaknya ada tiga manfaat digitalisasi yang dirasakan oleh pengguna jasa IPC, antara lain transparansi, kecepatan layanan yang berpengaruh pada waktu dan biaya logistik yang lebih ekonomis dan terkontrol,” pungkasnya.(TN)